Selasa, 27 Februari 2018

KELAHIRAN BARU

KELAHIRAN BARU

oleh:Kogoya one
I.                   PENDAHULUAN
Tujuannya adalah untuk menunjukkan kesia-siaan orang yang menjadi  pengikut / murid Kristus (bdk. Yoh 3:2 - Rabi), hanya karena melihat tanda (bdk. Yoh 3:2b), karena tanpa kelahiran baru semua tidak akan masuk surga. Jadi tujuan cerita ini adalah mengajar bahwa untuk menjadi murid / pengikut Kristus yang sejati, seseorang harus mengalami kelahiran baru. Menunjukkan bahwa kalau orang seperti ini saja membutuhkan kela- hiran baru, apalagi yang lain (Ingat: orang Farisi sangat menekan­kan kesucian).
Kata “melihat” di Yohanes 3:3, dalam teks aslinya berasal dari kata eido,berarti memahami atau menghayati secara mendalam. Harus diingat bahwa untuk memiliki pemahaman mengenai rahasia Kerajaan Allah yang luas tak terbatas ini, memerlukan sebuah proses. Yang dimaksudkan dengan proses disini artinya, bahwa memahami rahasia Kerajaan Allah harus melalui tahapan-tahapan, tidak sekaligus dapat dipahami semuanya. Proses ini juga membutuhkan waktu, artinya tidak bisa sekejap. Suatu proses pembelajaran yang panjang, yaitu sepanjang umur hidup kita.
Jadi berdasarkan beberapa point di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa Yohanes 3 : 3 merupakan sebuah pernyataan Yesus yang serius; sebenar-benar nya, dan dapat dipertanggung jawabkan. Pernyataan Yesus tersebut adalah keharusan bagi setiap manusia untuk dapat dilahirkan secara Roh ( dilahirkan dari atas ), sebab tanpa itu kita tidak dapat melihat kerajaan Allah.

Ø  Yesus menjawab Nikodemus.
Yesus selalu mau meluangkan waktu untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada siapa saja yang mau mendengar, sekalipun orang itu mempunyai kelemahan-kelemahan (seperti datang pada malam dsb).   Apa hubungannya kata-kata Nikodemus dalam ay 2 dengan jawaban Yesus dalam ay 3?
Mungkin Yesus sudah tahu bahwa Nikodemus bermaksud bertanya tentang Kerajaan Allah, dan karena itu Yesus mendahuluinya dengan memberi syarat untuk bisa masuk Kerajaan Allah.
Dengan demikian Yesus mengatakan: sekalipun engkau menganggap Aku sebagai guru, tetapi kalau engkau tidak mengalami kelahiran baru, engkau tidak akan masuk Kerajaan Allah.


II.                TAFSIRAN
1.      Ayat 5 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Kelahiran kembali yang disebut berulang-ulang dalam Yohanes 3 tersebut terjemahan dari gennethe anothen.Dua kata ini dari akar kata genao dan anothen. Genao (to procreate; to regenerate) artinya dilahirkan, sedangkan anothen bisa berarti dari atas (from above), lagi (again) dan baru (anew). Jadi kata gennethe anothen bisa diterjemahkan “dilahirkan dari atas, dilahirkan kembali atau dilahirkan baru”.
Ada juga orang yang menggabungkan arti ke 1 dan ke 2 dari kata “anothen” di atas, karena kelahiran dari atas / Allah memang merupakan kelahiran kembali / lagi. Kelahiran baru adalah sesuatu yang harus terjadi lebih dulu sebelum seseorang bisa mengerti dan menerima Injil dan percaya kepada Kristus
a.      air

Kata “air” di ayat ini berasal dari bahasa Yunani “hudor” ( baca: hoo’-dore ). Kata “hudor” itu sendiri berasal dari kata “huetos” ( baca: hoo-et-os’ ). Dan jika kita melihat arti kata “hudor”, maka kita akan mengerti bahwa “air” yang di maksudkan dalam ayat ini bukanlah air yang tenang, tetapi air yang bergerak. Matthew Henry mengatakan: Dilahirkan kembali berarti dilahirkan dari air dan dari Roh, yang artinya, dari Roh yang bekerja seperti air, seperti dalam Matius 3:11 .
 membersihkan dan memurnikannya seperti air, membuang kotorannya yang tidak pantas bagi Kerajaan Allah. Ini adalah permandian kelahiran kembali ( Tit 3 : 5 ). Kamu telah memberi dirimu disucikan (1Kor. 6:11, KJV: “Kamu telah dibasuh). b. mendinginkan dan menyegarkan, seperti air bagi rusa yang sedang diburu atau bagi pelancong yang sedang kelelahan. Roh dibandingkan dengan air (7:38-39; Yes. 44:3).

2.      Dalam Yohanes 3:3 Tuhan Yesus menggunakan kalimat dilahirkan dilahirkan baru (gennethe anothen).
Sedangkan dalam ayat 5 Tuhan Yesus menggunakan kalimat dilahirkan dari air dan roh (gennethe ek udatos kai pnuematos). Dari dua ayat diatas, yaitu Yohanes 3:3 dan Yohanes 3:5 terdapat suatu kesejajaran, bahwa “kelahiran baru” sejajar dengan “dilahirkan oleh air dan roh”, dan “melihat kerajaan Allah” sejajar dengan “masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Kelahiran kembali yang disebut berulang-ulang dalam Yohanes 3 tersebut terjemahan dari gennethe anothen.  Dua kata ini berasal dari kata “genao” dan “anothen”. Genao (to procreate; to regenerate) artinya dilahirkan, sedangkan anothen bisa berarti dari atas (from above), lagi (again) dan baru (anew). Jadi kata gennethe anothen bisa diterjemahkan “dilahirkan dari atas, dilahirkan kembali atau dilahirkan baru”.
Dilahirkan dari air dan roh hendak menegaskan pengertian kelahiran baru. Jadi, “dilahirkan oleh air dan Roh”, sebenarnya merupakan penjelasan atau isi dari proses kelahiran baru yang harus terjadi dalam kehidupan orang percaya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa ayat 5 di atas sama sekali tidak berbicara tentang baptisan, tetapi berbicara tentang dilahirkan kembali atau lahir baru, dimana lahir baru tersebut terjadi dari atas ( karena Tuhan ), dan lahir baru merupakan “hasil karya” Roh Kudus didalam kehidupan kita, sama seperti air yang dapat membersihkan kotoran, dan juga dapat memberikan kita kesegaran. Lahir baru atau dilahirkan kembali adalah suatu syarat agar kita dapat melihat dan memahami perihal tentang kerajaan Allah.
Ø  Lahir kembali dari air diartikan sebagai babtisan penyucian oleh pertobatan karena Firman Allah (Lihat Yohanes 15:3).
Ø  Lahir kembali dari Roh Allah diartikan sebagai kehidupan baru yang diberikan oleh Roh Allah kepada mereka yang percaya dan menerima Yesus.


III.             Tafsiran 
1.      Ayat 6
Yohanes 3 : 6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
a.      Penjelasan mengenai ‘Daging’ dan ‘roh’
Kata ‘daging’ (bahasa Yunani: SARX) menunjuk pada manusia (bukan hanya tubuhnya, tetapi juga termasuk jiwa / rohnya). Kadang-kadang, kata ‘daging’ ini digunakan tanpa mengandung arti negatif seperti dalam Yoh 1:14. Tetapi di sini kata ‘daging’ itu jelas mengandung arti negatif (seperti dalam Yoh 6:63). diucapkan oleh Yesus karena orang Yahudi beranggapan bahwa kelahiran mereka sebagai orang Yahudi secara otomatis menyebabkan mereka masuk Kerajaan Allah / selamat. Jadi dengan kata-kata ini Yesus mengatakan bahwa orang Yahudipun lahir sebagai daging / manusia yang dikuasai oleh dosa, dan membutuhkan kelahiran baru dari Roh Kudus supaya bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Ø  Jadi artinya adalah: manusia yang dikuasai dosa.
Ø  Sedangkan kata ‘roh’ yang dikontraskan  daging, jelas menunjuk pada manusia yang dikuasai oleh Roh Kudus.
Ø  Di lahirkan dari daging adalah danging dan dari roh adalah roh.


b.      kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa ayat ini berbicara tentang “kondisi” manusia yang terlahir dari “daging” ( keturunan orang berdosa ), sehingga semua manusia pada dasar nya adalah “daging” ( berada di bawah kuasa dosa ), sedangkan orang – orang yang yang dilahirkan kembali adalah orang – orang yang telah diperanakan secara Roh ( secara Illahi ), sehingga orang – orang tersebut tidak lagi menjadi “daging”, tetapi menjadi roh ( dikuasai oleh Roh Kudus ).
IV.             Tafsiran
a.       Ayat 7
Yohanes 3 : 7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
Kalau dalam ayat Yohanes 3 : 3 Yesus menyebut kata ‘seorang’, dalam ayat 5 juga ‘seorang’, dan dalam ayat 6 ‘apa’, maka dalam ayat 7 Yesus menggunakan kata ‘kamu’, arti nya kelahiran baru atau lahir baru merupakan sebuah ketetapan dari Allah, bagi nikodemus dan juga bagi kita semuanya.
William Hendriksen: “It does not refer to the realm of moral duty, but to that of the divine decree” (= itu tidak menunjuk pada kewajiban moral, tetapi pada ketetapan ilahi).
Jadi ayat 7 diatas mengatakan bahwa kelahiran baru merupakan sebuah ketetapan Illahi yang harus terjadi pada setiap orang percaya.

Rabu, 21 Februari 2018

Sikap Hidup Orang percaya


Penulis:
oleh: Antius Kogoya S. Th

sikap Hidup Orang Percaya menurut Efesus 5:1-13  
Dalam bab ini penulis akan memamparkan latar belakang surat Efesus, semua isi bab2  dan serta kepustakaan yang berhubungan dengan judul, sikap hidup sebagai orang percaya yang sunggu-sunggu di dalam Tuhan.
A.    Sikap Hidup Orang Percaya di Efesus
Kabar dari mereka yang mengunjunginya dalam penjara, Paulus menemukan situasi dan kondisi yang terjadi di beberapa gereja, yang menuntun dia untuk menulis surat-surat ini ( Ef. 6:21). Itulah alasannya kenapa Paulus bisa begitu memperhatikan beberapa gereja. Di dalam surat ini Paulus  dengan khusus menguraikan secara terperinci kebenaran mengenai gereja Kristus dan juga prinsip hidup dari orang percaya. Bahasa yang digunakan dalam surat ini sangatlah indah dan penuh dengan nasihat-nasihat. Kata-kata dalam surat ini memampukan jemaat untuk mengetahui bahwa di dalam Kristus mereka mempunyai kedudukan khusus, bahwa mereka   akan berjuang dengan keras untuk mencapai pertumbuhan rohani, sehingga mereka layak untuk mendapatkan kasih karunia yang telah diterima, berharap bahwa gereja bisa berkembang untuk mencapai kepenuhan dalam Kristus.
1.      Penulis surat Efesus
Penulis surat Efesus ini, oleh Rasul Paulus sendiri, ia menulis surat ini ketika Paulus berada dalam penjerah tentara Romawi. Di dalam penjara di Roma. Diantara surat-surat Paulus, ada empat surat yang dikenal sebagai “Surat dari penjara” yaitu Kolose, Filemon, Filipi, dan Efesus. Akan tetapi Paulus telah dipenjara beberapa kali. Sekali di Filipi, dalam waktu yang singkat. Kedua kali di Kaisarea, kira-kira selama dua tahun (58-60), dan yang ketiga dipenjara di Roma, juga kira-kira selama dua tahun (61-63). Sebagian berpendapat bahwa empat surat tersebut ditulis ketika Paulus dipenjara di Kaisarea, akan tetapi sebagian besar berpendapat bahwa surat-surat ini ditulis ketika Paulus dipenjara di Roma pada waktu dia dipenjara untuk ketiga kalinya.
Rasul Paulus tinggal di Efesus lebih lama dari pada tempat-tempat lain, yaitu kira-kira tiga tahun. Di Efesus dan sekitarnya Tuhan memberikan kemenangan-kemenangan besar sehingga jemaat Tuhan pada waktu itu berkembang[1]
2.      Kota Efesus sendiri.
Efesus merupakan sebuah kota perdagangan yang besar dan memiliki sebuah Pelabuhan. Kapal-kapal dari Mediterania datang ke Cayster sebuah kanal yang dibuat oleh manusia, kanal yang mengalir ke lembah sungai dan pelabuhan yang berada di dalam kota itu sendiri. Dan kota itu dilalui oleh empat jalan utama. Yang pertama adalah jalan utara, yaitu dari Pergamus dan Smirna hingga Efesus. Dan kemudian jalan yang berasal dari bagian barat daya, yaitu jalan yang menghubungkan Sardis, ibukota Lydia kuno dengan Efesus, dan itu merupakan jalur yang dilalui oleh para pedagang yang berasal dari Galatia dan Firgia, dan yang berada di pedalaman Asia Timur. Dan Efesus juga memiliki sebuah jalan yang berasal dari Eufrat yang dilalui oleh orang-orang Kolose dan Laodekia serta para pedagang dari timur. Dan kota itu juga memiliki sebuah jalan yang berada di bagian selatan, dari Miletus dan lembah sungai Maendar. Efesus merupakan sebuah kota perdagangan yang sangat besar pada masa itu.
Efesus dahulu di sebut “Kota Utama dari Asia”. Ini menunjukan bahwa Efesus adalah sebuah kuta yang sangat penting secara politik. Dan kota itu di sebut ”Kota Merdeka”. Itu berarti bahwa pemerintahan Romawi mengizinkan penduduk-penduduk Efesus memlih majelis sendiri.  Dan Efesus juga adalah kota yang penting dalam hal Agama. Diasana terdapat Kuil Dewi Diana yang sangat indah dan menjadi kebagaan orang Efesus. Kuil itu mempunyai 127 tiang beasar dari marmer dan beberapa tiang itu disalut dengan emas dan batu-batu yang inddah. Tetapi kehindahan kuil itu berbeda sekali dengan patung Dewi Diana yang ada dalam kuil itu. Dan patung itu hitam, pendek, dan buruk sekalli bentuknya.
Pada saat itu Efesus adalah ibu kota Asia, sebuah provinsi Romawi, lokasinya strategis untuk perdagangan. Sebagai hasil pelayanan Paulus disana, Efesus menjadi kota ketiga terpenting dalam sejarah Kristen yang mula-mula Yerusalem, Antiokhia baru kemudian Efesus[2].
3.      Tujuan penulis surat Efesus.
1.      Untuk memberikan  nasihat, perintah, dan himbauan kapada jemaat Efesus untuk hidup dalam Kristus.
2.      Untuk  menekankan kepada jemaat Efesus, Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Efesus 1:10).
3.      Untuk memberikan pemahaman kepada jemaat agar menjadi anak-anak Allah yang penurut, baik diantara orang percaya maupun dihadapan Tuhan.
4.      Untuk menyembah kepada  Tuhan, supaya mereka menghayati makna rencana Agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
5.      Untuk memberikan wawasan kepada jemaat agar menjadi Orang Kristen yang di panggil untuk  mengasingkan diri dari dunia dan untuk menunjukan dalam segala perkara bahwa ia adalah ciptaan yang baru di dalam Kristus. Dan mununjukan kepada orang-orang percaya bahwa di dalam Kristus ada kemenangan, tetapi untuk memperolehnya diperlukan kerja sama dengan usaha sendiri[3].
4.      Penerima surat Efesus
Di banding dengan surat-surat kiriman lainnya, maka dalam surat Efesus ini rasul paulus mencapai pengalaman yang lebih dalam, lebih tinggi, dan lebih luas mengenai kedudukan gereja… surat ini tidak membicarakan keadaan-keadaan setempat seperti tulisan-tulisan Paulus lainnya. Sebaliknya, surat tersebut berpangkal pada kebenaran-kebenaran yang basar dan yang luas yang selalu untuk orang-orang percaya di Efesus pada segala zaman dan segala tempat.[4]  Efesus juga disebut “dagang yang utama” pada waktu itu. Kota Efesus ini terletak pada muara sungai atau pelebuhan utama,  yang paling penting diantara pelabuhan-pelabuhan yang lain. Jadi jalan raya dari Negara-negara Timur di Asia besar melewati Kolose dan Laodikia sampai ke Efesus.  Dan jalan dari Galatiapun sampai di Efesus. Dari selatan ada pula melewati sampai ke Efesus, dan kota Efesus merupakan kota terbesar, dalam perdagangan jual beli barang. Perdagan dari lembah Meader dan Asia Besar sampai ke Efesus memlaluhi ketiga jalan yang penting itu. Dan hasil-hasil barang mana-mana di juang disitu, karena itu Efesus menjadi kota dagang yang utama dan amat kaya.
5.      Garis besar surat Efesus
1)      Kasih karunia dan damai sejatahtera dari Allah, Bapa kita dari Tuhan Yesus Kristus. Kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya di  Efesus (Efesus 1:1-2).
2)      Tetang besarnya kasih karunia Allah, (2:1-10),  hidup dalam kebiasaan atau dalam dosa (2:3).  Hidup  dalam keselamatan, dalam penebuasan ( 2:4-7).
3)      Di bertakan kepada anak-anak manusia (3:5), dan  jalan masuk kepada Allah penuh dengan kepercayaan oleh Iman  kepada-Nya.
4)      Doa Paulus untuk jemaat di Efesus 3:14-21) puji-pujian sebagai ucapan syukur kepada Allah, agar doa Paulus menurut kemuliaan di kuatkan, dan di teguhkan orang percaya di Efesus.
5)       Hidup dalam kesatuan, sebagai anak-anak Allah, kestuan dalam Roh (4:1-6)  supaya mereka memelihara kesatuan.
6)       Hidup jemaat, yang ditinjau dari sudut positif 5:1-2, hidup jemaat yang di tinjau dari sudut negative (5:3-7) hidupa dalam terang (5:8-14) dan hidup dalam Roh (5:15-20).
7)      Hubungan dalam kasih 5:31-32, hubungan orang tua dan anak-anak 6:1-4, hubungan tuan dan hamba 6:5-9.
B.     Penyelidikan Kitab  Efsus 5:1-13
1.      Tujuan sikap hidup orang percaya (Efesus 5:1-2).
a.       Hidup orang percaya dari segi positif.
Dalam kedua ayat ini Paulus merangkum apa yang ia katakan bagian yang lalu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, sepertia anak-anak yang kekasih.  (Dinesthe de) “sebab itu hendakalah”  tentang maksud ungkapan ini, penafsir-penafsir tidak mampunyai pendapat yang sama. Namun kebayakan penafsir, Van Leeuwen, Berkelbech   menghubungkan dengan ayat 1 dan 2, suatu rangkuman dan konklusi. Hal ini penulis berdasarkan dengan (ginesthe de) di atas. Tetapi juga,  (Groshide)  hanya yang di angap sebagai ulangan dari 4:32. Kedua karena, Paulus dalam surat ini sering memmulai  suatu bagian yang baru dengan kata (ous) artinya “jadi karena itu” 4:1, 17, 5:7, 15. Dan yang tiga, karena nasihat-nasihatnya yang Paulus berikan mulai dari 5:1 adalah nasihat-nasihat yang baru. Sungguhpun demikian tapi bukan sebagai konklusi.
Paulus menasihatkan anggota-anggota jemaat di Efesus, anggotah-anggotah jemaat yang dahulu kafir, tetapi yang sekarang telah menjadi “orang-orang kudus” dan “orang-orang percaya” 1:1 supaya mereka menjadi “penurut-penurut Allah” dan hal ini mereka membuat seperti anak-anak yang kekasih.
Dalam ayat ini mencul lagi kata  (agape) di terjemakan “kasih”, yang telah ditemuhi dalam 4:2, 15-16 bnd, 3:17,19 sebagai kata senteral, bukan saja dari bagian yang di bahas ini, tetapi juga dari bagian-bagian yang lain dari pasal 5 dan pasal 6.
Nasihat Paulus ini bukan hanya suatu perintah saja tetapi lebih dari pada itu; nasihat itu adalah suatu printah, jadilah penurut-penurut Allah. Karena antara “anak”  dan “menjadi penurut Allah” terdapat suatu hubungan yang erat. Hal ini juga temui dalam 1 Kor 4:14,16: “semuanya ini di tuliskan, bukan untuk memalukan “kamu”, tetapi untuk menegur kamu sebagai ana-anakku yang kekasih… sebab itu Paulus menasihati kamu, turutilah telandanku”. Demikian pula dalam mat 5:44, dimana di katakana, menjadi anak berarti bertindak seperti bapa di sorga. Timbul soal, kalau demikian, bilah anggotah-anggotah jemaat dapat disebut anak-anak Allah[5].


2.      Hidup orang percaya dari segi positif meliputi hal-hal berikut:
1)      Hidup jemaat sebagai anak-anak Allah (ayat 1)
Menjadi anak-anak Allah hidup merupakan hak istimewa yang hanya di miliki oleh orang Kristen. Inilah janji ketika anak-anak menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Jurusemat, “tetapi semua orang yang menerimaNya di beriNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh 1:12). Ini bukan perkara yang sederana, melainkan hal yang di tetapkan oleh Allah sejak kekekalan, “dalam kasih ia telah menentukan orang percaya dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi penurut-penurut Allah dalam kasih-Nya Efesus 5:1&2.
Dalam ajaran Paulus mengatakan bahwa, anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Kristus. Menjadi serupa adalah kata yang penting dalam perjanjian baru. Bahwa kata ini paulus mengatakan berulang-ulang kali menjadi serupa dengan Kristus. Dan sekarang betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada anak-anak-Nya yang di kasihi yaitu mereka yang percaya kepada Yesus dan mereka akan di sebut sebagai anak-anak Allah.
Anak-anak Allah juga di maksud untuk menjadi Imam yang mengukapan pujian penyembahan dari seluru ciptaan. Akan tetapi, pujian yang terumuskan dan terucapkan dengan baik hanya dapat terungkapkan oleh manusia sebagai anak Allah. Allah terus menyatakan kasih-Nya kepada anak-anak melaluhi pemulihan. Orang percaya telah melihat Perjanjian Baru menekankan status anak sebagai anak Allah[6]. yang di maksud Paulus dengan hidup sebagai anak-anak Allah ialah, anak-anak Tuhan harus hidup sebagai penurut Allah. dalam Efsus 5:1, paulus membuat pernyataan yang mengikat: “jadilah penurut-penurut Allah” kata-kata itu berdasarkan pada keberadaan melaluhi anugerah – “sebagai anak-anak yang kekasih.”  Keserupan dengan Allah esensi kehidupan seorang anak Allah. apabila orang mengamati hidup anak, seharusnya mereka dapat melihat karakter Allah di dalam hidup si anak tersebut. Karena sebagai anak-anak-Nya, adalah orang-oarang dengan gambar Allah di dalam hidup yang telah memuliakan Allah.
Arti kata 'penurut' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menurut, tidak melawan, patuh, penurut[7].  Sebagai orang Kristen  mereka ini adalah pengikut-pengikut Kristus.  Jadi merupakan keharusan bagi mereka untuk hidup taat, tidak melawan dan menurut kepada kehendak Kristus, memiliki karakter seperti Dia dan meneladani Kristus hidup seperti dikatakan oleh Rasul Yohanes, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." .  Dengan kata lain, menjadi 'penurut-penurut Allah' adalah berarti menjadi peniru-peniruNya.
 Pengetahun hubungan anak dengan Allah ini merupakan hal yang mendasar bagi pertumbuhan kekristenan. Mengasilkan rasa aman adalah anak Allah, Ia adala Bapaku, anak mengerti bahwa Allah memelihara semua orang.  Menjadi bagian keluarga Allah mempengaruhi arah hidup si anak. di beri hati baru yang menghasilkan gaya hidup yang baru di dalam Bapa. Dalam dunia ini tidak memiliki landasan dan arah ini, maka anak-anak masuk di sebuah keluarga yang memiliki tujuan, memegang standar yang sama. Sama-sama bertujuan untuk memuliakan Bapa, menjadi anak Allah merupakan suatu berkat yang sungguh ternilai[8].
Di sini Rasul Paulus menggunakan kata (adoption) atau “diangkat menjadi anak.” Kata Yunani yang digunakan atau di terjemahkan menjadi  (adoption) ini adalah (huiothesia). Tidak ada kata Yunani lain yang seperti itu. kata yang diterjemahkan untuk anak adalah (huios) dan kata yang diterjemahkan “menempatkan” adalah (thesis) Kata (thesis) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani  Jadi kata (thesis) di sini berarti “mengajukan” atau “menyatakan” dan ketika Paulus menggabungkan kedua kata ini, yaitu (huios) yang berarti “anak” dan (thesis) yang berarti “menyatakan” atau “menempatkan,” maka (huiothesia) berarti “menyatakan sebagai anak” atau “mengangkat sebagai anak.” Kata ini khusus digunakan dalam Perjanjian Baru dan tidak akan pernah dapat ditemukan di dalam literatur-literatur Yunani lainnya dan kata ini adalah kata yang khusus bagi Paulus. Hanya Paulus yang menggunakan kata (huiothesia) ini yang berarti “menyatakan atau menempatkan atau mengangkat sebagai anak.” Dan di dalam bahasa Inggris kata ini diterjemahkan menjadi (adoption)  atau dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “menjadikan anak-anak-Nya.” Kita diangkat menjadi anak dalam kerajaan Allah.
Disini kata yang di gunakan (tekna agapeta) disini seperti yang nyata seperti dalam ayat yang berikut (5:2) mempuntai arti (heilshitoris agapetoi theou) artinya mereka adalah “anak-anak yang kekasih”, karena itu mereka menjadi penurut-penurut Allah.
Setiap anak memang berbeda, tetapi ada ciri-ciri yang sama bagi anak-anak Allah. Anak-anak Allah memang tidak sama raut wajah, karakter, potensi, dan karunianya. Tetapi ada beberapa ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa diri mereka adalah anak-anak Allah.
Ciri-ciri jemaat sebagai anak-anak  Allah yang penurut.
1)      Ciri-ciri pertama anak-anak Allah ialah percaya bahwa Yesus adalah Kristus Orang-orang yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Juruselamat pribadinya adalah anak-anak Allah.
2)      Ciri-ciri kedua, yaitu mengasihi Bapa dan anak-anak-Ny. Dua elemen itu tidak dapat dipisahkan, karena orang yang mengasihi Bapa akan mengasihi anak-anak-Nya juga. Gaya hidup anak-anak Allah bercirikan kasih.
3)       Ciri-ciri ketiga ialah mentaati perintah-perintah-Nya Kasih itu tidak berdiri sendiri, tetapi diiringi dengan ketaatan. Mengasihi Allah berarti melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Sesungguhnya perintah-perintah-Nya itu tidaklah berat bagi anak-anak Allah.
4)      Ciri-ciri keempat anak-anak Allah adalah mengalahkan dunia Sebab semua yang lahir dari Allah sanggup mengalahkan dunia yang jahat ini dengan imannya. Dengan beriman dan mempercayakan diri kepada pertolongan Roh Kristus, setiap anak Allah dapat menaati Allah serta mengalahkan dosa dan hawa nafsu dunia[9]. Hanya orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.
3.       Hidup jemaat adalah hidup dalam kasih ayat 2.
Dalam  kedua ayat ini mencul lagi kata  (agape) di terjemakan “kasih”, yang telah ditemuhi dalam 4:2, 15-16 bnd, 3:17,19 sebagai kata senteral, bukan saja dari bagian yang di bahas ini, tetapi juga dari bagian-bagian yang lain dari pasal 5 dan pasal 6.
Nasihat Paulus ini  hanya suatu perintah saja tetapi lebih dari pada itu; nasihat itu adalah suatu printah, jadilah penurut-penurut Allah dalam sikap dan perbuatan.. Karen antara “anak”  dan “menjadi penurut Allah” terdapat suatu hubungan yang erat. Hal ini juga temui dalam “semuanya ini di tuliskan, bukan untuk memalukan “kamu”, tetapi untuk menegur kamu sebagai ana-anakku yang kekasih. Supaya mereka menjadi penurut-penurut Allah, hal ini tidak ia buat buat sebagai rasul terhadap manusia-manusia, tetapi terhadap orang-orang yang di kasih Allah dalam Kristus.
Disini kata yang di gunakan (tekna agapeta) disini seperti yang nyata seperti dalam ayat yang berikut (5:2) mempuntai arti (heilshitoris agapetoi theou) artinya mereka adalah “anak-anak yang kekasih”, karena itu mereka menjadi penurut-penurut Allah.
Bukan itu saja paulus tuntut dari mereka konsekuensi dari nasihatnya yang tersebut diatas, ia menambahkan, dan hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (ayat.2). dalam anggotah-anggotah jemaat harus menjadi penurut-penurut Allah, seperti anak-anak.
(Peripatein) yang di terjemahkan (bode) dan gereja Roma katolik dengan berjalan sebenarnya berarti: hidup terus menerus berada dalam (peripatein en agapei) (bnd 1:4; 4:15 dan 5:18) hidup dalam kasih, yaitu hidup yang di tantang dan yang di kuasai oleh kasih. Adalah kasih Allah dalam Kristus.
Betapa besarnya kasih yang di karuniakan Bapa kepada umatnya disebuat sebagai anak-anak Allah, dan memang mereka adalah anak-anak Allah[10]…. anak-anakku yang kekasih, sekarang adalah anak-anak Allah, atau keluarga Allah, dan  bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadikan orang percaya menjadi satu dalam kasih melaluhi Tuhan Yesus.
Hidup  jemaat yang di tinjau dari sudut positif (5:1-2). Ayat yang pertama ini paulus merangkumkan apa yang ia katakana dalam bagian yang lalu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih (ayat 1). Dan ini paulus menyasehatkan kepada anggotah-anggotah jemaat di Efesus[11]­­­­­… anggotah-anggotah yang dahulu kafir, tetapi yang sekarang telah menjadi “orang-orang kudus” dan “orang-orang percaya” (Ef 1:1). Supaya mereka menjadi penurut-penurut Allah, dan hal itu mereka membuat anak-anak yang kekasih.
Dalam ayat ini muncu ini muncul lagi kata (agape) “kasih” yang kita temui dalam 4:2,15-16,19 ini adalah bagian dari kita bahas adalam pasal 5. Dan nasihat paulus bukan hanya satu printah saja, tetapi lebih dari pada itu adalah jadilah penurut Allah. karena antara “anak” dan “penurut Allah”  suatu hubungan yang erat, hal ini kita temui juga dalam 1 Kor 4:14,16 bahwa semuanya ini Paulus menuliskan, bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur kamu sebagai anak-anakku yang kekasih.
Seberapa jahu kristus melepaskan mereka dari kuasa (dan kutuk)  Hukum taurat menerima mereka dalam status sebagai Anak;. seberapa jauh mereka menerima Roh kudus, yaitu Roh yang menjadikan dan memelihara mereka sebagai anak.
Paulus mengatakan bahwa semua orang percaya adalah anak-anak Allah yang di kasihi. Ini menginggatkan kita betapa pentingnya bagi Bapa yang di sorga, jika ana-anaknya trus-menerus memelihara hubungan yang erat dengan Bapa. Dan orang percaya mempunya kewajiban-kewajiban yang baru, kehidupan yang baru kehidupan yang baru tidak sama dengan kehidupan berdosa sebelumnya. Kebencian dan kepahitan digantinya dengan kehidupan yang penuh dengan kasih.[12]
Aspek dari kasih di ungkapkan melaluhi kata Yunani (agape) yang berarti “kebaikan yang tidak terkalahkan”. Inilah kasih Allah. ini merupakan tipe kasih yang Allah paling ingin kembangkan di dalam hati orang yang memgasihi Dia. Kasih (agape) tidak manusiawi,melainkan Ilahi. Kasih manusia bisa di simbolkan dengan madu, yang rasanya sangat manis. Demikian pula kasih manusia sangat manusia sangat dangkal. Setiap ada suatu ujian atau pebedaan pendapat, kasih manusia bersahabat dapat menadi musu yang terburuk dalam suau pencobaan yang kecil jika di hubungan di antara kedunya semata-mata kasih di dasarkan pada kasih manusia. Bahwa kasih manusia tidak mampu melewati Allah.
Orang percaya juga harus memiliki kasih Allah terhadap teman-teman di sekitanya, bukan sekedadar kasih manusiawi yang bersifat kejiwaan, dengan demikian hubungan dalam kasih dapat tahan menghadapi konfrontasi-konfrontasi yang datang kedalam kehidupan. Allah akan menyentu orang-orang yang di kasihi untuk mengenapi maksud-maksud-Nya, yaitu agar orang percaya saling menguatkan dalam kasih Tuhan Yesus Kristus. Kasih yang ingin Allah bentuk di dalam hidup orang percaya terlihat dalam Galatia 5:22, yaitu kasih agape. Kasih kepada Allah; kasih kepada sesame kita dan kasih kepada musuh-musuh kita bahwa ingatlah, kasih itu bukan merupakan Pilihan, melainkan suatu printah[13].     
Hidup dalam kasih berarti harus membuang semua sifat 'manusia lama' kita yang cenderung egois, mementingkan diri sendiri dan tidak punya kepedulian terhadap orang lain.  Bukan hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, tapi juga mampu mengasihi orang yang telah menyakiti dan membenci kita[14].
Jadi Paulus menasehati mereka, mereka menjadi penurut-penurut Allah hal ini tidak buat sebagai rasul terhadap manusia-manusia, tetapi terhadap orang-orang yang di kasihi Allah dalam Kristus. Ungkapan (tekna agapeta) disini seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut (5:2). Mempunyai arti (heilshistoris agapetoi Theou) adalah “anak-anak yang di kasih” (Rom 1:7, 11:28, 1 Tim 6:2,). Kerena itu mereka harus penurut-penurut Allah.
Berikut ini di kutip beberapa ayat Alkitab: sebab di dalam Dia Allah telah memilih anak-anak-Nya sebelum dunia di jadikan, supaya orang percaya dan tak becacat di hadapa-Nya. Dalam kasih ia telah menentukan orang percaya dalam Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya yang mulia, sebab di dalam Dia, yang di kasihi-Nya. Di dalam Yesus kristus oleh darah-Nya anak-anak Allah memperoleh pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Efesus 1:4-7). Karena kasih karunia Allah ialah kasih Allah yang bekerja di dalam hati manusia. Dan kasih karunia Allah juga mempersipkan anak-anak-Nya di suatu pertobatan. Karena kasih karunia Allah sangat mempengaruhi kehidupan orang percaya untuk tertarik kepada Allah[15]. Namun kasih Allah kepada orang percaya bahwa Allah memberikan Anak tunggal satu-satu-Nya kepada umat yang percaya Tuhan (Yoh 3:16). Ini adalah bukti bawah Allah itu benar-benar kasih karena, Ia rela memberikan Anak-Nya kepada orang yang percaya kepadaNya. Namun apa yang seharusnya dilakukan, sejatinya tidak begitu. Dan itu tersirat dari Yoh 6:41 bahwa orang-orang Yahudi bersungut-sungut. Kondisi semacam ini juga kadang-kadang terjadi pada anak-anak Tuhan. Sadar atau tidak, kadang  melayani karena terpaksa karena kondisi dan situasi yang kurang menyenangkan. Kasih adalah modal utama untuk menuruti semua perintah-Nya tanpa harus bersungut-sungut.
4.      Sikap orang percaya adalah dalam terang (Efesus 5:8-13).
Maksud Paulus bukanlah mengisolasikan anggota-anggota jemaat dari dunia tetapi kehendak memelihara mereka dari bahaya-bahaya yang mengancam mereka, sehingga dengan jalan itu mereka dapat menjalankan tugas dan pangilan mereka sebagai saksi-saksi Kristus dalam dunia dengan baik
a)       Hidup sebagai anak-anak terang (ayat 8)
Dalam bagian ini Paulus mengingatkan mereka, bahwa mereka sekarang tidak sama  lagi seperti dahulu. Sejak mereka bertobat dan menjadi anggotah tubuh Kristus (jemaat) situasi mereka telah berubah, sama sekali berubah. Karena itu hidup mereka harus sesuai dengan situasi yang baru itu Ia mulai dengan[16]. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang ayat 8.
Pertama Paulus menunjukan kepada eksistensi mereka pada waktu yang lalu atau digunakan dengan kata (pote)  diterjemahkan ia katakana memang. Dan selanjutnya dengan kata (gar)  artinya “dahulu kamu (adalah) kegelapan”. Disini bahwa Ia katakana memang dahulu “kamu gelap” atau “berada dalam kegelapan”, dan selajutanya kata  (ete skotos) diterjemakan juga sama artinya “kamu adalah kegelapan”.
Kegelapan yang Paulus maksudkan disini, bukanlah suasana, yang di dalam mereka berada. Bukan juga sifat yang mereka punyai. Karena hidup dan pekerjaan mereka ialah hidup dan pekerjaan kegelapan, hidup dan pekerjaan yang memimpin mereka kepada kematian Efesus2:1 dan 2. Waktu ini tentang lampau dan tetapi sekarang yang digunakan dengan kata (nun den) artinya, keadaan telah berubah. Karena anugerah (kasih karunia) Tuhan, mereka bukan lagi “kegelapan”, tetapi “ terang”. Juga disini Paulus katakan[17], bahwa mereka “mereka berasal dari terang” atau (mereka adalah) “milik terang”, dan berada dalam terang dan mereka adalah terang.
Dari ungkapan-ungkapan ini nyata, bahwa kata yang digunakan disini ialah (ete pho) artinya mereka di terangi oleh terang. Tetapi bahwa mereka adalah terang, bukan karena terang dari diri mereka sendiri, (en kuroi) artinya  Tetapi terang “di dalam Tuhan” karena itu (tekna hotos) karena mereka adalah terang didalam Tuhan dan mereka harus hidup sebagai “anak-anak terang”. Mereka di katakana seperti di Ef 5:5 telah di pindakan dari “kuasa kegelapan” dan ditepatkan di dalam “kerajaan Allah”.
b)      Hidup dalam kebenaran (ayat 9)
Hidup sebagai anak-anak terang yang berbeda dengan hidup di dalam kegelapan, karena terang, demikian Paulus ayat 9. Hanya perbuatan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. Ayat ini suatu paranthese atau gar di terjemakan “karena” tidak memberikan motivasi, tetapi mempunyai arti eksplikatif. Secara harfia di terjemahkan “kerenaa buah terang. (En disini berti tersendiri dari) segala macam kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Segalah macam kebaikan, keadilan dan keberan ini tidak pada “manusia lama”, hanya pada “manusia baru”, karena di anugerahkan Allah kepada-Nya, manusia lama hanya hidup dalam kegelapan. Pekerjaannya ialah, percabulan, kecemaran, keserahkaan dan kejahatan-kejahatan yang lain. Padanya berlaku tidak orang yang baik hanya satu saja yaitu Allah, dan tidak ada orang yang benar, semuanya adalah pendusta. Disini Paulus begitu peduli dengan anggotah-anggotah jemaat di Efsus, karena itu ia menegakkan kepada anggotah-anggotah jemaat di Efesus, bahwa kehidupan manusia lama itu harus di tinggalkan, sesudah menjadi anggotah tubuh Kristus (jemaat).
c)      Hidup berkenan dihadapan Tuhan (ayat 10).
Dalam ayat 10 ini, agar Paulus memintah mereka untuk menguji situasi,  (dimana mereka berada sekarang) dengan penyataan Allah Kristus. Dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. (Dokimzein)  kata aslinya (euareston, toi kurioi)  diterjemakan ialah, “berkenan kepada Allah” apa yang mereka uji dan pilih sebagai hasil dari keputusan mereka harus sesuai dengan Allah.mereka sendiri harus bertangung jawab atas apa yang mereka buat (lakukan). Ia hanya mengingat mereka, bahwa ada batas dari apa yang berkenan kepada Allah dan apa yang Ia kehendakinya.  Hidup mereka setiap hari sebagai anggotah-anggotah jemaat haruslah ditantang oleh doa, percakapan, “perundingan” yang terus menerus dengan Tuhan.
d)     Hidup dalam pembaharuan (ayat 11).
Hidup sebagai anak-anak terang masih mempunyai konsekuensi yang lain. Karena dalam ayat 11. Bahwa Paulus menlanjutkan nasihatnya, jangan turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuakan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Nasihat Paulus ini lanjutan dari ayat 8 dan mempertentangkannya dengan apa-apa yang ia katakana juga dalam bagian ayat 11 ini.
Sebagai anak-anak terang mereka tidak boleh ikut serta dalam perbuatan kegelapan. Kegelapan dimana orang-orang kafir berada, dan mereka anggotah-anggotah jemaat Efesus yang “hidup” dahulunya di dalamnya 2:2, mempunyai dunia suasana sendiri.
Dalam bagian muncul lagi kata (skopo) adalah personafikasi dari kuasa kegelapan  juga mempunyai hasil atau akibat yang konkrit, dan sesuai dengan akikatnya. Bedanya ialah, bahswa hasil atau akibatnya itu tidak di sebut “buah” (arpos) pekerjaan/perbuatan (erga)  sepertinya artinya sama seperti yang sebelumnya, pekerjaan/perbuatan dingin (erga tes sarkos)  artinya pebuatan-perbuatan ini dalan “kegelapan”. 
Kegelapan itu tidak memberi, hanya dapat melaksanakan, karena gelap adalah alat dari suatu kuasa yang  lain. Dan apa yang dilaksanakannya, seperti yang telah didengar, sesuai dengan sifat dan hakitatnya, yaitu, kegelapan. Orang-orang yang hidup di dalamnya juga demikian, pekerjaan/perbuatan mereka adalah, pekerjaan/perbuatan gelap, perbuatan yang membawa orang-orang lain kedalam kebinasaan. Dari orang-orang kegelapan ini anggotah-anggotah jemaat harus menjahukan diri. Mereka tidak boleh bergaul bentuk (praesens) dari (sunkoinoneite), menyatakan partisipasi yang terus menerus dalam persekutuhan dengan orang-orang (percaya).

e)      Hidup yang memalukan.
Dasar nasihat dari Paulus ini ia berikan di dalam ayat 12. Sebeb menyebutkan sajapun apa yang di buat oleh merka di tempat-tempat yang tersembuni itu telah memalukan. Dalam kalimat ayat 12 ini mempunya arti konsessip dan diterjemakan adalah “Ujulah” karena apa yang mereka buat secara tersembuyi itu mamalukan, sekalipun hanya menyebut saja. Dan muncul lagi kata (hup auton) artinya “oleh mereka”. Tetapi dari konteksnya nyatah bahawa “mereka” itu ialah menjukan kepada orang-orang kafir, seperti yang di katakana sebelumnya ayat 6. (Huioi skotous) yang di sebutkan sebagai “anak-anak duraka”,  sesuai dengan hakikat sifat mereka lakukan secara tersembunyi, di tempat-tempat yang gelap.
Ginomena artinya mereka melakukan secara terasembunyi, di tempat-tempat yang gelap (tempat rahasia), itu. Mungkin anggotah-anggotah jemaat
f)       Hidup yang nampak di dalam Tuhan.
Dalam ayat 13 ini, bahwa paulus melanjutkan apa yang ia katakana dalam ayat-ayat yang sebelumnya, yang khusunya ayat 11 dan 12. Tetapi segala sesuatu yang telah di telajangi oleh terang itu menjadi tampak, sebab semua yang tampak adalah terang.
Dahulu kamu adalah kegelapan. “pernyataan ini sungguh cocok untuk menerang orang berdosa pada masa lampau. Kini orang Kristen merasa memikirkan kehidupan masa dahulu, tetapi Puji Tuhan, kegelapan itu sudah berubah menjadi terang.Beberapa hal di kemukakan oleh kegelapan itu, ialah penyembahan berhala kehidupanyang penuh dosa dan menimbulkan rasah ketakutan. Kegelapan berarti ketidaksenangan, sedang terang, mengembalikannya, melambangkan sukacita, selain itu kegelapan tidak ada bahaya. Dan berjalan lagi dalam kegelapan lagi ia berblik lagi dari terangnya, jika ia tidak balinya[18]
Segala sesuatu yang disoroti di dalam terang, akan kelihatan dengan jelas. Sebab semua yang dapat dilihat dengan jelas, adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai engkau yang tidur, dan bangkitlah dari kematian Kristus akan bercahaya atasmu.” Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak. Gunakanlah sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada padamu, karena masa ini adalah masa yang jahat[19]
Jalan hidup orang benar atau yang takut akan Tuhan tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi. Seperti apapun kondisinya, orang benar itu akan tetap bisa mengendalikan situasi dan tetap mengasihi dan tetap hidup dalam kebenaran. umat yang percaya harus tetap besukacita dalam segala hal baik dalam keadaan.
Kepada jemaat di Efesus Paulus mengingatkan agar mereka tidak turut mengambil bagian atau terlibat dalam perbuatan-perbuatan gelap, karena status mereka adalah anak-anak terang. “…dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,” (Efesus 5:8). Di tengah dunia yang dipenuhi keingingan daging dan banyak penyesat (Iblis) yang tidak pernah berhenti melancarkan taktik dan jerat kepada orang-orang percaya, kita akan mudah diperdaya dan masuk perangkapnya kalau tidak waspada dan berjaga-jaga.
 Anak-anak terang adalah orang yang mengerti bahwa sejak percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Jadi anak-anak terang adalah orang yang menghormati dan mentaati Allah. Apa tanda-tandanya menghormati dan mentati Allah Tanda-tandanya adalah mengasihi Allah dan sesama, karena Tuhan memerintahkan agar kita hidup di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus. Selanjutnya, mengucap syukur kepada Allah, dan meninggalkan segala perbuatan dan perkataan kotor, perkataan kosong dan yang tidak bermanfaat. Karena hal-hal demikian menunjukkan hidup yang sesuai dengan buah pertobatan yang dikenan oleh Tuhan. Pembaca setia, harapan Bapa, bagi kita semua hidup sebagai anak-anak terang. Dengan mengasihi-Nya dan sesama, mengucap syukur, mengeluarkan buah pertobatan dan memperkenan hati Tuhan[20].
5.        hidup jemaat, ditinjau dari dari sudut negatif (Efesus 5:3-7)
Paulus meninjau dari sudut posistif ia sekarang … dalam bagian ini meninjahu dari sudut negatif juga. Paulus ia mulai dengan tetapi percabulan dan rupa-rupa kencemaran, atau keserakaan, disebut juga  jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya dari orang-orang kudus.
a)       Hidup dalam  percabulan.
Dalam ayat yang keiga ini di awali dengan kata (de) artinya “tetapi”, menyatakan sesuatu pertentangan, yaitu sebaliknya dari pada apa yang di katakana dalam ayat 1 dan 2. Dalam kedua ayat ini Paulus katakan, bahwa anggotah-anggotah jemaat anak-anak yang di kasihi Allah, karena itu mereka harus hidup  di dalam kasih, dan hidup di dalam kasih bertentangan dengan hidup dalam  (porneia) artinya “percabulan”, yang bisa di lakukan oleh orang-orang kafir dan yang mempunyai pengaruh di dalam jemaat. Di samping (porneia) Paulus menyebut juga kejahatan-kejahatan lain (akat-harsia)  artinya “kecemaran dan (pleonexia) artinya “keserakaan” dalam nasihatnya.
(Porneia)  di terjemakan  artinya “percabualan” adalah kejahatan utama dari orang-orang kafir sering di serang oleh paulus. Porneia adalah “tiap-tiap bentuk persetubuhan yang tidak ligitim” Bauer” persetubuhan yang tidak wajar.
(Akatharsia) di terjemakan artinya “kecemaran yang di sebut juga bersama-sama dengan  (porneia) kata ini mempunya arti yang lebih luas yaitu “kecemaran” ini kata yang lebih tepat dalam arti umum. Dan (pasa) yang di terjemakan artinya “semua rupa-rupa” menyatakan bahwa disini yang Paulus maksudkan ialah segala macam pencemaran. Pleonexia kata ini mempunya arti yang umum  (loba tama)  keserakaan tentang kata ini sama seperti kata yang sebelumnya yaitu sama seperti kata (porneia) dan kata (akatharsia).  Dalam ketidak sadarannya mereka menyerkan diri kepada hawa-nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Dalam bahasa aslinya kalimat ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari kalimat yang mendahuluinya, dan keduanya di hubungkan dengan kata (hotines) artinya “yang” sebagai penghubung antara sumber dan aliran, pengertian “pengetahuan” dan perbuatan, akibat mereka menyerkan diri kepada hawa nafsu.
Dan hati mereka begitu degil  membantu,  sehingga timbul atau hilang persaan (kesadaran) mereka. Namun mereka tidak mampunyai persaan (kesadaran) lagi mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Itulah akibatnya hidup yang terasing (terpisa) dari persekutuan dengan Allah. hidup demikian itu mementingkan diri sendiri, mencari kesukaan yang murah (lahiria) dan hawa nafsu yang rendah[21].
Kejahatan-kejahatan ini mereka harus menjahui. Ungkapan (medeonomazestho en humin) dan kata ini tidak di terjamakan secara harfiah, tetapi terjemaan Roma katolik, “namanya jagan disebut antara kamu” dan terjemahan ini bukan saja tidak cocok dengan lanjutan nasihat Paulus dalam ayat 4, tetapi juga bertentangan dengan maksud nast. Yang Paulus larang ialah bukan penyebut nama (percakapan tentang) kejahatan-kejahatan itu. Dan itu tidak patut lagi bagi mereka sebagai “orang-orang kudus”[22]
Sebenarnya belum selesai ditinjahu dari sudut tata bahasa ayat ini erat berhubungan dengan ayat 4 demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono, karena hal-hal ini tidak pantas, tetapi sebaliknya ucaplah syukur. Demikan juga artinya: segalah kejahatan yang disebut dalam ayat ini juga tidak boleh ada (terdengar) di antara mereka. Larangan Paulus itu mencukupi segalah macam kejahatan, baik kejahatan dalam bentuk perkataan (perkataan), seperti yang disebut ayat empat ini. “perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono” maupun kejahatan dalam bentuk perbuatan, seperti yang di sebuat dalam ayat 3 yang sebelunya,, “percabulan dan rupa-rupa pencemaran atau keserakahan. Semuanya itu tidak pantas (ha ouk aneke), hal ini tidak layak yang di lakukan sebagai anggotah-anggotah tubuh Kristus. Yang harus mereka lakukan ialah sebaliknya, mengucap syukur kata yang di gunakan disini  ialah: eucharistein disini terjemahan yang tepat adalah, (bersyukur) “kepada Allah”.
Dan bagi Paulus mengunakan kata ini eucharistea, ini adalah “ucapan syukur” kepada Allah itu adalah suatu pergertian yang fundamental. Paulus banyak memakai kata ini dalam surat-suratnya, dan berulang-ulang kali orang kerten telah membacakannya. Bahwa tidak putus-putus ia mengucap syukur kepada Allah, untuk anggotah-anggotah jemaat, Ef 1:16. Dan bahwa ia menuntut, supaya anggota-anggota jemaat juga berbuat demikian, bukan saja sebagai persekutuhan dalam ibadah-ibadah mereka Ef 5:20. Tetapi juga sebagai pribadi di rumah-rumah mereka atas segala sesuatu yang mereka terima dari Tuhan Allah, dalam hal berkat jasmani dan rohani[23] sepaya hati mereka berlimpah  dengan ucapan syukur.
b)       Hidup dalam penyembahan berhala.
Dalam ayat 5 ini mengaris bawahi bahaya kkejahatan-kejahatan (dalam dosa-doasa) yang di sebut dengan ayat yang sebeum-sebelumnya. Paulus memperingatkan mereka, tetapi ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang yang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya peyembah berhala, yang memndapat bagian di dalam kerejaan Kristus dan Allah ayat 5.
Disini kata yang mengunakan ialah kata (touto gar iste ginoskontes) disini diterjemakan ialah rupa-rupa cara dalam bahasa Indonesia. Bede, karena itu kamu ketahui dengan sungguh-sungguhnya. Dan diterjemakan dari Roma katolik bahwa: insaflash tetapi baik-baik (ingatlah) baik-baik. Dan penulis lebih cenderung memilih (iste) sebagai bentuk indekatif, karena ada dua alasan, pertama ialah karena kata (gar) artinya “tetapi berkata-kata” tentang sebab yang disebut sebelunya. Yang kedua adalah: kata (ginoskontes) kata ini (bentuk klesik), menujukkan kepada apa yang telah di kehaui yaitu: berdasarkan kedua alasan ini di ungkapkan(touto gar iste genoskontes) kata ini yang paling tepat ialah  “karena kamu tau” atau “karena hal ini kamu ketahui”.
c)       Hidup perbuatan yang tidak wajar.
Orang yang setia kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau berdiam diri terhadap "perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan" (Efesus 5:3-6). Mereka harus selalu siap membeberkan, menegur, dan menentang semua bentuk kejahatan. Dengan sungguh-sungguh menentang ketidak benaran berarti membenci dosa, memihak kepada Allah dalam menentang kejahatan dan tetap setia kepada Kristus yang juga menyingkapkan perbuatan-perbuatan jahat.
Karena hal ini Paulus mengatakan kepada mereka yaitu: bahwa orang sundal, orang cemar, orang serakah, artinya penyembah berala tidak (akan) mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah dan hal bukan perkara yang baru. Hal itu telah di beritahukan/diajarkan kepada mereka Efesus 4:21.
Memang susunan kalimat dari ayat 5 ini sedidkit sulit sehinggah dapat menimbulkan kesan seperti diatas yaitu: seolah-olah Paulus mau katakana, bahwa untuk orang-orang berdosa tidak ada tempat dalam kerjaan Allah. tetapi maksub paulus yang sebenarnya bukanlah demikian. Maksundnya ialah bahwa bagi orang-orang sundal, orang-orang cemar, dan orang-orang serakah, yang dengan sadar menyerahkan, sehingga menganggap kejahatan-kejahatan (dosa-dosa) itu sebagai ilah, bagi orang-orang yang demikian orang-orang “penyembah berala”.
Jadi disini kata yang digunakan ialah( ho estin eidololtres) yang di terjemakan ialah penyebah berhala, (pleonektes) diartikan ialah “orang serakah” dan muncul lagi kata (pornos) dan (akathartos) dan kedua kata ini di artikan bahwa “orang sundal” dan “orang cemar”. Juga mempunyai susunan kalimat yang demikian, karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang bersifat duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakaan, yang sama dengan penyembah berhala. Dan ungkapan yang sama penyembah berhala (hetis estin eidolo latreia)  diterjemakan “keserahkaan”.
d)     Hidup yang ditunjukan dengan  perbuatan yang mendatangkan murka Allah.
Dalam ayat ini Paulus kembali lagi kepada apa yang di bicarakan pada ayat-ayat sebelumnya. Tentang kejahatan-kejahatan dalam bentuk perkataan, dan di katan janganlah kamu sesatkan orang dengan kata yang hampah, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang duraka ayat 6.  Dari caranya Paulus merikan nasihat yang menglangi apa yang telah ia katakana… nyata, bahwa anggotah-anggotah jemaat di Efesus berada dalam bahaya, bahaya percabulan, kecemaran, keserakaan, yang mendatangkan murka Allah atas mereka dan menyebabkan mereka tidak  dapat bagian di dalam kerajaan Allah dengan perkataan lain, murtab dan kembali lagi ke dalam situasi orang-orang kafir[24]. Karena itu Paulus memperingatkan, janganlah kamu disesatkan oleh orang. Dalam larangan “jangan kamu du sesatkan orang” dapat di dengar oleh Paulus dua macam dosa: dosa orang yang menyesatkan dan dosa orang yang member dirinya disesatkan. Bentuk kalimat ini, yang tidak menasihati orang-orang yang menyesatkan, meninbulkan dugaan, bahwa maksubnya ialah anggotah-anggotah jemaat jangan member diri mereka disesatkan orang.
Ada yang menfsirkan dalam ayat ini bahwa  diawali dengan kata (Grosheide) ini diterjemakan “orang kafir” yaitu orang-orang yang berusaha dengan bujukan dan kata mereka yang hampa.  Dan selanjutnya dengan kata kenoi logoi di terjemahkan artinya: “perkataan yang sia-sia” (perkataan yang penuh dengan kebohongan) untuk murtadkan anggotah-angotah jemaat dan pemimpin mereka kembali kepada cara hidup mereka yang dahulu Efesus 2:2.
Kata-kata yang barang kali lebih baik, dosa-dosa ini mendatangkan murka Allah atas oaring-orang duraka. ialah orang-orang kafir Efesus 2:2. Orang-orang berdosa pada umumnya Efesus 2:3: (orang-orang yang di murkai) dan juga orang-orang Kristen yang Murtab Grosheide. Atas orang-orang ini akan datang murka Allah.
(Berkelbech van der sprenkel) di terjemahkan artinya “orang-orang durhaka” (suatu ungkapan iberani yang karakteristik) mendengarkan suara-suara lain dan terus menjadi sesat, sampai mereka sadar, bahwa mereka berada dibawah murka Allah, jahu dari anugerah (kasih karunia-Nya). Jadi disini Paulus menuliskan bagitu rupa, sehinggah menjadi terang bagi anggotah-anggotah jemaat, dan dengan kuasa-kuasa lain yang berlahan-lahan menguasai orang-orang yang turut melakukan kejahatan (dosa).
Dalam bagian ayat 7 ini Paulus akhiri dengan suatu kesimpulan, sebab itu jaganlah kamu berkawan dengan mereka ayat 7. Disini diawali denga kata (ou) artinnya: “sebab itu” menyatakan konklusi dari apa yang di bicarakan sebelumnya. Karena situasinya adalah begitu rupa, sehinggah kamu dapat mereka pimpin kedalam murka Allah, “karena itu[25]” janganlah berkawan dengan mereka.
Dalam ayat-ayat  ini buakalah suatu kebetulan bahwa dalam tulisan-tulisan Paulus sering terdapat nasihat terhadap perbuatan asusila dan percabulan. Dosa semacam ini terkenal sekali pada zaman rasul-rasul banyak terdapat dosa ini tercakup dalam penyembahan berhala. Dan Pulus melihat hal ini sebagai kejahatan yang dengan segerah membinasakan kerohanian mendatangkan murka Allah, atas kehidupan orang-orang yang melakukannya.
Tentu saja bukan hanya terdapat dosa ini saja tetapi harus berhati-hatilah bagi orang Kristen yang sudah percaya. Paulus memperinggatkan supaya orang Kristen berjaga-jaga “rupa-rupa kecemaran”. Karena orang Kristen hidup yang berbeda dengan kehidupan yang dahulu. Dan sekarang mereka sudajadi orang kudus, orang sudah disucikan[26].

C.    Aplikasi Theologis

1.      Sikap hidup orang prcaya harus menujukan pada hal-hal yang baik.

2.      Sikap hidup orang percaya harus mennyadari dari hal-hal yang tidak baik.

3.      Sikap hidup orang percaya harus sungguh-sungguh didalam Tuhan.

4.      Hidup sebagai anak-anak Alllah, harus hidup kudus didalam Tuhan.

5.      Hidup yang sudah ditelanjangi oleh terang, harus hidup di dalam terang dan tidak mengambil bagian lagi dalam kehidupan yang lama.

6.      Hidup sebagai orang percaya, tidak boleh mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan yang gelap.

7.      Orang percaya tidak boleh lagi ambil bagian dalam perbuatan asusila.

8.      Hidup sebagai umat Allah, harus turuti firman Tuhan.

D.    Perilaku Kehidupan Mahasiwa/i Papua di Kota Malang
1.      Kehidupan sebelumnya.
Kehidupan ana-anak Papua yang dari sananya bahwa memang mereka adalah dari sejak lahirnya sudah menjadi orang Kristen oleh karena itu penulis meninjauh kehidupan mereka, yang seungguhnya di dalam Tuhan itu seperti apa. Namun pada umumnya bahwa anak-anak Papua ini, mereka pasti punya pengalaman peribadi dengan Tuhan.
Semua orang di Indonesia tau bahwa papua adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia, dan pulau yang kaya raya alamnya. Namun  Papua ini banyak ragam budaya dan bahasa, dari setiap suku yang ada di sana. Dan lebih dari pada itu Papua juga di kenal sebagian besar adalah mayoritas  Kristen. Namun baginama kita nelihat bahwa mahasiswa/i Papua yang ada di Kota Malang.
Hasil Pekabaran Injil telah dirasakan sekarang. Tanah Papua menjadi wilayah yang tidak lagi terisolasi. Kini terbuka, terjadi perubahan dan kemajuan. Gereja berdiri sebagai hasil Pekabaran Injil. Gereja berperan memberikan nasehat dan pertimbangan kepada pemerintah, politik, pendidikan, sosial-ekonomi dan segala sendi kehidupan orang Papua pada masa ini. Wilayah Papua adalah wilayah yang benar – benar Kristen, walaupun di beberapa wilayah tertentu ada penganut Islam  dan kepercayaan suku, namun tidak dominan dan mempengaruhi situasi injil pada masanya. Namun ketika Papua berintegrasi dengan Indonesia pada tanggal 01 Mei 1963,  mulai terjadi perubahan yaitu dengan perpindahan penduduk dari wilayah lain di Indonesia untuk datang  menetap serta mencari pekerjaan di Papua  dan juga melalui program transmigrasi dari Pemerintah Pusat yang memindahkan warga negara dari wilayah yang padat, pulau Jawa ke Papua. Pada umumnya mereka yang tiba di Papua ini, di dominasi oleh Kaum Muslim. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan di Papua. 
Semenjak itu Papua menjadi wilayah yang terbuka. Seiring dengan berjalannya waktu peran Gereja sebagai buah pekabaran Injil yang berperan dalam memberikan nasehat dalam segala bidang kehidupan bukan lagi sebagai satu-satunya pemeberi nasehat dan pertimbangan. Dulu dikenal istilah  “Siapa menyebut Papua, Iya menyebut Injil.”  Namun sekarang itu Papua bukan hanya milik Kristus,  menjadi milik semua orang dan agama. Ini menjadi pencobaan yang luar biasa. Apalagi semenjak 1963-2014 jumlah penduduk non-Kristen yang masuk Papua dalam jumlah besar baik melalui pesawat terbang setiap hari dan melalui kapal – kapal besar yang masuk setiap minggu dan di samping itu Pegawai negeri Sipil. Di Pemerintahan jumlah telah seimbang antara Kristen dan Islam. Dalam posisi – posisi penentu kebijakan kaum non-Kristen  yang menentukan.
Dulu lonceng gereja yang bergema sampai pelosok Tanah Papua namun sekarang bunyi adzan Mesjid juga sudah terdengar sampai di pelosok tanah Papua. Ekonomi Pasar Rakyat di kuasai, Perkawinan beda agama terjadi. Mesjid di bangun di seluruh pelosok Papua. Kebijakan Pemerintahan, politik, ekonomi bahkan dunia pendidikanpun mulai dikuasai kaum non-Kristen.  Namun, orang Kristen menganggap  itu hal normal saja. Di tengah situasi yang memprihatinkan ini,  munculah  berbagai denominasi gereja dengan 45 sinode yang mulai bersaing untuk merebut umat dan juga perhatian pemerintah bahkan ada isu yang muncul sinode–sinode baru di Papua sebagai akibat dari dana Otonomi Khusus yang diberikan Pemerintah Indonesia bagi Papua.
Dan kehidupan mahasiswa di kota Malang, sebelum mereka datang di Kota Malang mereka ini adalah anak-anak Tuhan selalu aktif di ibadah, persekutuhaan-persekutuhan yang telah di tetapkan oleh gereja setempat di Papua. Dan juga mereka ini sudah dari sejak lahirnya menjadi Kristen maka mereka ini banyak pengalaman-pengalaman yang di rasakan bersama Tuhan. Dan juga mereka ini sudah di ajarkan berulang-ulang kali dengan firman Tuhan mengenai hidup dalam Tuhan dan persudaran atau hidup kasih.
Dan sekarang mahasiswa/i di Kota Malang sekarang terpengaru dengan ajaran kerohanian mereka pada sebelumanya itu yang membuat mereka lebih dekat kepada Tuhan. Walaupun mereka jahu dari orang keluarga mereka, tetapi mahasiswa/i di Kota Malang mereka selalu punya satu komitmen yaitu hidup dalam kekompakan dan jiwa sosialnya tinggi.
Sifat dan cara berfikir antara masyarakat Jawa khususnya Malang dengan Indonesia bagian timur terdapat perbedaan. Perbedaannya adalah Orang Jawa diidentikan dengan baik, halus dan rama tamah sementara itu, bagi orang Papua diidentikan dengan kasar, tidak tahu etika dll. Contohnya, orang Papua khususnya mahasiswa asal Papua akan terus terang memberitahukan apa yang mereka tidak inginkan, tidak senang atau merasa disakiti.
Dari perbedaan itu, terdapat juga beberapa keunikan tersendiri dari sifat-sifat tersebut. Orang Papua terus terang akan memberitahukan atau membalas pada saat itu juga, tetapi setelah amarahnya redah tidak ada rasa benci atau frustasi terhadap orang yang menyakitinya. Sementara itu, Jika Orang Di Malang selalu memendamkan rasa marah atau rasa frustasi mereka dalam jangka waktu yang lama.
Dari pandangan ini kami ketahui bahwa masyarakat jawa benar-benar menghormati budaya luar karena Indonesia memiliki berbagai adat-istiadat, budaya, kebiasaan, tradisi dan lain sebagainya. Dari latar belakang yang berbeda ini masyarakat Malang juga mengenal hal tersebut, hingga sampai sekarang masyarakat Malang menerima setiap tahun ajaran kurang lebih puluhan ribu pelajar mahasiswa dari luar pulau Jawa yang keinginan untuk belajar di kota Malang, serta menyediakan tempat koas-kosan bagi mereka. Dari inilah yang kami memahami bahwa masyarakat juga menerima kita apa adanya asalkan hidup di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di sekitarnya.
Dan pada umumnya juga orang-orang menilai bahwa orang-orang Papua itu pada kasar semua tetapi, memang melihat seluruh itu benar tetapi kasar bukan sebarangan. Dan tidak semua orang juga kasar dan ada tertentu saja yaitu ada yang kasar, ada yang ramah, ada yang cerewet, ada yang pendiam, dan lain sebagainya. Dan juga setiap budaya yang ada di Indonesia juga ragam karter orang yang berbeda-beda.
a.       Kerohaniaan mahasiswa di kota Malang.
Kerohanian anak-anak Papua di kota Malang berjalan dengan lancar dan setiap kabupaten itu punya ibadah persekutuhan masing-masing dan mereka mengadakan ibadah itu setiap minggu sekali. Dan tempat beribada mereka, adalah di kontrakan, setiap kabupaten masing-masing dimana tempat mereka berada disitu.
Dan semua anak-anak mahasiwa yang ada di Kota Malang bahwa mereka adalah kompok jika ada kegiatan, berkumpul bersama. Dan dari sisi lain juga mereka juga hidup bebas, dalam perjudian, mabuk dlls. Ini tidak semua orang anak-anak Papua itu pemabuk tetapi ada beberapa orang tertentu yang membuat hal sperti ini yaitu: mabuk, perjudian dan dalam pergaulan. Hal ini terjadi saat mereka dalam kekompakan itu aman mereka merasa takut satu yang lain. Namun ketika mereka mula terpencar dari perkupulan tersebut dari di antara mereka itu mula muncul pikiran negatif dan lain sebagainya. mengasihi Bapa dan anak-anak-Nya(1 Yoh. 5:1b). Dua elemen itu tidak dapat dipisahkan, karena orang yang mengasihi Bapa akan mengasihi anak-anak-Nya juga. Gaya hidup anak-anak Allah bercirikan kasih.
Dan sebagai orang Kristen perlu mengasah kecerdasan, di samping itu juga perlu kereaktif. Mengasa kecerdasan dan daya kreaktivitas merupakan bagian dari ibadah. Kebodohan dan pikiran yang sia-sia harus di tinggalkan (Efesus 4:17-18 & 22). Dan sebaliknya, pikiran orang percaya harus di perbaharui (Efesus 4:23).  Karena umat kriten hidup bersama-sama lapisan elemen masyarakat, maka kekristenan yang menghormati agama yang lain di tenggah sesama. Namun menghormati satu sama lain dan hidup dalam kasih merupakan ajaran Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya. “Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapa di sorga adala sempurna” (Mat 5:28). Keserupan dengan Allah merupakan esensi kehidupan seorang anak Allah. apa bilah orang mengamati hidup mereka, seharusnya mereka dapat melihat karakter Allah di dalam mereka karena mereka adalah sebagai anak-anak-Nya, dan mereka adalah anak-anak yang gambar Allah di dalam kehidupannya.
Dalam survei yang baru-baru ini di lakukan, 60% orang Kristen mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab “sepenuhnya akurat dalam semua pengajaran”. Dengan sisanya sebanyak 40% persenyang mempertanyakan otoritas firman Tuhan. Dan sisten keperyaan orang Kristen yang memerintah gaya hidup dan pilihan-pilihan mereka pondasi yang darinya mereka membentuk pendapat mereka dan keputusan. Dan bagi orang-orang Kristen tentunya sangat penting untuk mengetahui apa yang mereka percayai. Dan kebanyakan orang Kristen percaya karena latarbelakangnya dari keluarg Kristen maka ia juga sebagai Kristen saja. Banyak orang Kristen tidak begitu mengerti dengan baik dengan kehidupannya sendiri, tetapi juga bukan rahasia lagi sudah banyak orang Kristen yang jatuh dalam perangkap jerat Iblis. Yang menakibatkan kehidupan kekristenan menjdi tidak berbua[27]. Orang Kristen sejatih menjalani jalan kehidupan, sebagai orang Kristen, ibadah, doa dan puasa ini merupakan suatu rohani yang setiap orang Kristen yang menjalani.
Sebab semua yang lahir dari Allah sanggup mengalahkan dunia yang jahat ini dengan imannya. Dengan beriman dan mempercayakan diri kepada pertolongan Roh Kristus, setiap anak Allah dapat menaati Allah serta mengalahkan dosa dan hawa nafsu dunia. Siapakah dapat mengalahkan dunia Hanya orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah[28] (1 Yoh. 5:5). Sebagai orang percaya, kita harus memiliki kerinduan untuk meneliti (belajar) firman Tuhan dan melakukannya, barulah kita bisa mengajarkannya kepada orang-orang.
Di dalam Alkitab kita akan menemukan banyak janji Tuhan bagi kami. Orang hanya berhak menjadi anak angkat Allah apabila mereka percaya dalam nama Kristus. Bila seseorang menerima Kristus, maka ia dilahirkan kembali dan menjadi anak Allah (Yoh 3:1-21). Tidak semua orang menjadi "anak-anak Allah".
Dalam Tuhan YesusDi dalam pasal yang kedua dari surat yang ditujukan kepada jemaat di Efesus ini atau surat yang juga berlaku untuk semua gereja di sepanjang masa ini, Paulus membuka surat ini dengan perkataan, “Dari Paulus rasul Kristus Yesus… kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.” (Efesus 1:1) Dan kemudian di dalam pasal 2:1, Paulus berkata, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” (Efesus 2:1) Dan di dalam ayat 3, ia berkata, “Pada dasarnya kamu adalah orang-orang yang harus dimurkai” (by nature we are children of wrath – KJV (Efesus 2:3). Tetapi Allah, “Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus Yesus… Ia telah membangkitkan kita juga” (Efesus 2:5 & 6) dan sekarang kita lahir kembali di dalam kerajaan Juruselamat kita. Itulah apa yang telah Allah lakukan bagi kita, ketika Ia menyelamatkan kita, yaitu menghidupkan kita, membangkitkan kita, menjadi kita hidup bagi Allah.
Kita sudah terbiasa menyebut diri sebagai anak-anak Allah. Istilah anak Allah, atau anak Tuhan, bahkan adalah istilah sehari-hari kita untuk menyebut saudara kita kristen, khususnya orang kristen yang taat. Memang hal itu benar, sebab Alkitablah yang bersaksi bahwa kita anak Allah, bukan karena pengakuan diri sendiri. Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” (Efesus 2:1-3


















[1] . J. Wesley Brill, surat-surat kepada ketujuh jemaat, (Bandung 1995, cetakan ke 5), hal 20-22.
[2] . wijaya, sekilas bersama paulus, 1152.
[3] . Idib hal 81.
[4] . pada hemat beberapa hakli Alkitab, surat Efesus ini adalah surat edaran yang di kirimkan beberapa gereja di Asia kecil, karena itu surat tersebut tidak menyebut suatu masalah, atau persoalan jemaat tertentu.
[5]. Sinclair B. Ferguson, Anak-anak Allah yang hidup, (momentum Surabaya 2003) hal 27 dan 89.
[6] . Sinclain B. Ferguson,  Children Of the Living God (Surabaya, 2003), hal 10,11,12).
[7]. Theru kasidah-Brataatmaja, Kamus besar Indonesia (Bpk Gunung Mulia 1991).
[8].  Ibid, hal 56,57
[9].Seemoreat:http://www.andreasloanka.com/2012/02/24/ciri-ciri-anak-anak-allah/#sthash.okh9u9d2.dpuf.
[10]. Sinclain B. Ferguson, Chlidren Of the Living God, (Momentum 2003) hal 2-3.
[11] . Dr, J.L.CH. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus, (Jakarta PT BPK 1997) hal 169,170,171.
[12] . Kenneth D. Barney, surat Efsesus, (Malang,Jatim Gandum Mas 1981). Hal 83.
[13] . Ibid, 118,119
[14] .J. Wesley Brill. Surat-surat kepada ketujuh Jemaat. (Bandung, cetakan ke 5, 1995), hal 26.
[15] . J . Wesley Brill Dasar yang teguh (Bandung Yayasan Kalam Kudus, 2011). Hal 207,208.
[16]. Dalam bagian ini terang dan gelap memainkan perang penting. Kata-kata yang di apaki disini kadang-kadang mengingatkan mereka kepada kata-kata yang di pakai dalan injil Yohanes. Kontrusksi kalimatnya tidak selalu terang. Tetapi yang jelah ialah, seperti yang di katakana tadi, ada pertentangan antara terang dan gelap. Pertentangan ini dahsyat, antar kedua kuasa.
[17].  Formal ungkapan “kamu adalah terang” sama dengan unkapan-unkapan seperti yanag yang derdapat dalam ayat 8-13 hidup sebagai anak-anak terang.
[18] Ibid, hal 84-85.v
[20]  image: http://www.warungsatekamu.org/wp-content/uploads/2014/10/mengapa-Tuhan.jpg

[21]. Dr.J.L Ch Abineno, tafsiran Alkitab surat Efesus, (PT BPK Gunung Mulia 1997).hal 150.
[22] Berhubung dengan itu adalah lebih tepat, kalau ungkapan medeonomazestho en humin diterjemakan
    dengan jangan terdengar ada diantara kamu.
[23]. Dalam ayat ini sangat karateristik ialah  disini saya melihat bahwa di mana Paulus meminta kepada
     anggotah-anggotah jemaat, sepaya hati mereka berlimpah  dengan ucapan syukur. Dimana menuntut
     supaya mereka berjaga-jaga sambil mengucapa syukur dalam segala hal dan hal itu juga anggap
     sebagai kehendak Allah dalan kristus.
[24] Ibid  hal 177-179.
[25] Ibid  hal hal 180-181.
[26] Kenneth D, Barney, surat Efesus (Gadum Mas 1981). Hal 83.
[27]. Seminari Theologia Indonesia, kepercyaan dan kehidupan orang Kristen, (BPK Gunung Mulia jakarta 1985). Hal 73