Penulis:
oleh: Antius Kogoya S. Th
sikap Hidup Orang
Percaya menurut Efesus 5:1-13
Dalam
bab ini penulis akan memamparkan latar belakang surat Efesus, semua isi
bab2 dan serta kepustakaan yang
berhubungan dengan judul, sikap hidup sebagai orang percaya yang sunggu-sunggu
di dalam Tuhan.
A.
Sikap Hidup Orang Percaya di Efesus
Kabar dari mereka yang
mengunjunginya dalam penjara, Paulus menemukan situasi dan kondisi yang terjadi
di beberapa gereja, yang menuntun dia untuk menulis surat-surat ini ( Ef.
6:21). Itulah alasannya kenapa Paulus bisa begitu memperhatikan beberapa gereja.
Di dalam surat ini Paulus dengan khusus menguraikan secara terperinci
kebenaran mengenai gereja Kristus dan juga prinsip hidup dari orang percaya.
Bahasa yang digunakan dalam surat ini sangatlah indah dan penuh dengan
nasihat-nasihat. Kata-kata dalam surat ini memampukan jemaat untuk mengetahui
bahwa di dalam Kristus mereka mempunyai kedudukan khusus, bahwa
mereka akan berjuang dengan keras untuk mencapai pertumbuhan
rohani, sehingga mereka layak untuk mendapatkan kasih karunia yang telah diterima,
berharap bahwa gereja bisa berkembang untuk mencapai kepenuhan dalam Kristus.
1.
Penulis surat Efesus
Penulis surat Efesus ini, oleh
Rasul Paulus sendiri, ia menulis surat ini ketika Paulus berada dalam penjerah
tentara Romawi. Di
dalam penjara di Roma. Diantara surat-surat Paulus, ada empat surat yang
dikenal sebagai “Surat dari penjara” yaitu Kolose, Filemon, Filipi, dan Efesus.
Akan tetapi Paulus telah dipenjara beberapa kali. Sekali di Filipi, dalam waktu
yang singkat. Kedua kali di Kaisarea, kira-kira selama dua tahun (58-60), dan
yang ketiga dipenjara di Roma, juga kira-kira selama dua tahun (61-63).
Sebagian berpendapat bahwa empat surat tersebut ditulis ketika Paulus dipenjara
di Kaisarea, akan tetapi sebagian besar berpendapat bahwa surat-surat ini ditulis
ketika Paulus dipenjara di Roma pada waktu dia dipenjara untuk ketiga kalinya.
Rasul Paulus tinggal di Efesus
lebih lama dari pada tempat-tempat lain, yaitu kira-kira tiga tahun. Di Efesus
dan sekitarnya Tuhan memberikan kemenangan-kemenangan besar sehingga jemaat
Tuhan pada waktu itu berkembang
2. Kota
Efesus sendiri.
Efesus merupakan sebuah kota
perdagangan yang besar dan memiliki sebuah Pelabuhan. Kapal-kapal dari
Mediterania datang ke Cayster sebuah kanal yang dibuat oleh manusia, kanal yang
mengalir ke lembah sungai dan pelabuhan yang berada di dalam kota itu sendiri.
Dan kota itu dilalui oleh empat jalan utama. Yang pertama adalah jalan utara,
yaitu dari Pergamus dan Smirna hingga Efesus. Dan kemudian jalan yang berasal
dari bagian barat daya, yaitu jalan yang menghubungkan Sardis, ibukota Lydia
kuno dengan Efesus, dan itu merupakan jalur yang dilalui oleh para pedagang
yang berasal dari Galatia dan Firgia, dan yang berada di pedalaman Asia Timur.
Dan Efesus juga memiliki sebuah jalan yang berasal dari Eufrat yang dilalui
oleh orang-orang Kolose dan Laodekia serta para pedagang dari timur. Dan kota
itu juga memiliki sebuah jalan yang berada di bagian selatan, dari Miletus dan
lembah sungai Maendar. Efesus merupakan sebuah kota perdagangan yang sangat
besar pada masa itu.
Efesus dahulu di sebut “Kota Utama
dari Asia”. Ini menunjukan bahwa Efesus adalah sebuah kuta yang sangat penting
secara politik. Dan kota itu di sebut ”Kota Merdeka”. Itu berarti bahwa
pemerintahan Romawi mengizinkan penduduk-penduduk Efesus memlih majelis
sendiri. Dan Efesus juga adalah kota
yang penting dalam hal Agama. Diasana terdapat Kuil Dewi Diana yang sangat
indah dan menjadi kebagaan orang Efesus. Kuil itu mempunyai 127 tiang beasar
dari marmer dan beberapa tiang itu disalut dengan emas dan batu-batu yang
inddah. Tetapi kehindahan kuil itu berbeda sekali dengan patung Dewi Diana yang
ada dalam kuil itu. Dan patung itu hitam, pendek, dan buruk sekalli bentuknya.
Pada saat itu Efesus adalah ibu kota
Asia, sebuah provinsi Romawi, lokasinya strategis untuk perdagangan. Sebagai
hasil pelayanan Paulus disana, Efesus menjadi kota ketiga terpenting dalam
sejarah Kristen yang mula-mula Yerusalem, Antiokhia baru kemudian Efesus.
3.
Tujuan penulis surat Efesus.
1.
Untuk memberikan
nasihat, perintah, dan himbauan kapada jemaat Efesus untuk hidup dalam Kristus.
2.
Untuk
menekankan kepada jemaat Efesus, Rencana Tuhan agar "Seluruh alam,
baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala"
(Efesus 1:10).
3.
Untuk memberikan pemahaman kepada jemaat agar menjadi
anak-anak Allah yang penurut, baik diantara orang percaya maupun dihadapan
Tuhan.
4.
Untuk menyembah kepada
Tuhan, supaya mereka menghayati makna rencana Agung dari Tuhan itu untuk
mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
5.
Untuk
memberikan wawasan kepada jemaat agar menjadi Orang Kristen yang di panggil
untuk mengasingkan diri dari dunia dan
untuk menunjukan dalam segala perkara bahwa ia adalah ciptaan yang baru di
dalam Kristus. Dan mununjukan kepada orang-orang percaya bahwa di dalam Kristus
ada kemenangan, tetapi untuk memperolehnya diperlukan kerja sama dengan usaha
sendiri.
4.
Penerima surat Efesus
Di banding
dengan surat-surat kiriman lainnya, maka dalam surat Efesus ini rasul paulus
mencapai pengalaman yang lebih dalam, lebih tinggi, dan lebih luas mengenai
kedudukan gereja… surat ini tidak membicarakan keadaan-keadaan setempat seperti
tulisan-tulisan Paulus lainnya. Sebaliknya, surat tersebut berpangkal pada kebenaran-kebenaran
yang basar dan yang luas yang selalu untuk orang-orang percaya di Efesus pada
segala zaman dan segala tempat. Efesus juga disebut “dagang yang
utama” pada waktu itu. Kota Efesus ini terletak pada muara sungai atau
pelebuhan utama, yang paling penting
diantara pelabuhan-pelabuhan yang lain. Jadi jalan raya dari Negara-negara
Timur di Asia besar melewati Kolose dan Laodikia sampai ke Efesus. Dan jalan dari Galatiapun sampai di Efesus.
Dari selatan ada pula melewati sampai ke Efesus, dan kota Efesus merupakan kota
terbesar, dalam perdagangan jual beli barang. Perdagan dari lembah Meader dan
Asia Besar sampai ke Efesus memlaluhi ketiga jalan yang penting itu. Dan
hasil-hasil barang mana-mana di juang disitu, karena itu Efesus menjadi kota
dagang yang utama dan amat kaya.
5.
Garis besar surat Efesus
1) Kasih karunia dan damai sejatahtera dari
Allah, Bapa kita dari Tuhan Yesus Kristus. Kehendak Allah, kepada orang-orang
kudus di Efesus, orang-orang percaya di
Efesus (Efesus 1:1-2).
2) Tetang besarnya kasih karunia Allah,
(2:1-10), hidup dalam kebiasaan atau
dalam dosa (2:3). Hidup dalam keselamatan, dalam penebuasan ( 2:4-7).
3) Di bertakan kepada anak-anak manusia
(3:5), dan jalan masuk kepada Allah
penuh dengan kepercayaan oleh Iman
kepada-Nya.
4) Doa Paulus untuk jemaat di Efesus
3:14-21) puji-pujian sebagai ucapan syukur kepada Allah, agar doa Paulus
menurut kemuliaan di kuatkan, dan di teguhkan orang percaya di Efesus.
5) Hidup dalam kesatuan, sebagai anak-anak Allah,
kestuan dalam Roh (4:1-6) supaya mereka
memelihara kesatuan.
6) Hidup jemaat, yang ditinjau dari sudut positif
5:1-2, hidup jemaat yang di tinjau dari sudut negative (5:3-7) hidupa dalam
terang (5:8-14) dan hidup dalam Roh (5:15-20).
7) Hubungan dalam kasih 5:31-32, hubungan
orang tua dan anak-anak 6:1-4, hubungan tuan dan hamba 6:5-9.
B.
Penyelidikan Kitab
Efsus 5:1-13
1.
Tujuan sikap hidup orang percaya (Efesus 5:1-2).
a. Hidup orang percaya dari segi positif.
Dalam kedua ayat
ini Paulus merangkum apa yang ia katakan bagian yang lalu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, sepertia anak-anak yang
kekasih. (Dinesthe de) “sebab itu hendakalah”
tentang maksud ungkapan ini, penafsir-penafsir tidak mampunyai pendapat
yang sama. Namun kebayakan penafsir, Van Leeuwen, Berkelbech menghubungkan dengan ayat 1 dan 2, suatu
rangkuman dan konklusi. Hal ini penulis berdasarkan dengan (ginesthe de) di atas. Tetapi juga,
(Groshide) hanya yang di angap
sebagai ulangan dari 4:32. Kedua karena, Paulus dalam surat ini sering
memmulai suatu bagian yang baru dengan
kata (ous) artinya “jadi karena itu” 4:1, 17, 5:7, 15. Dan yang tiga, karena
nasihat-nasihatnya yang Paulus berikan mulai dari 5:1 adalah nasihat-nasihat
yang baru. Sungguhpun demikian tapi bukan sebagai konklusi.
Paulus
menasihatkan anggota-anggota jemaat di Efesus, anggotah-anggotah jemaat yang
dahulu kafir, tetapi yang sekarang telah menjadi “orang-orang kudus” dan
“orang-orang percaya” 1:1 supaya mereka menjadi “penurut-penurut Allah” dan hal
ini mereka membuat seperti anak-anak yang kekasih.
Dalam ayat ini
mencul lagi kata (agape) di terjemakan “kasih”, yang telah ditemuhi dalam 4:2, 15-16
bnd, 3:17,19 sebagai kata senteral, bukan saja dari bagian yang di bahas ini,
tetapi juga dari bagian-bagian yang lain dari pasal 5 dan pasal 6.
Nasihat Paulus
ini bukan hanya suatu perintah saja tetapi lebih dari pada itu; nasihat itu
adalah suatu printah, jadilah penurut-penurut Allah. Karena antara “anak” dan “menjadi penurut Allah” terdapat suatu
hubungan yang erat. Hal ini juga temui dalam 1 Kor 4:14,16: “semuanya ini di
tuliskan, bukan untuk memalukan “kamu”, tetapi untuk menegur kamu sebagai
ana-anakku yang kekasih… sebab itu Paulus menasihati kamu, turutilah
telandanku”. Demikian pula dalam mat 5:44, dimana di katakana, menjadi anak berarti
bertindak seperti bapa di sorga. Timbul soal, kalau demikian, bilah
anggotah-anggotah jemaat dapat disebut anak-anak Allah.
2.
Hidup orang percaya dari segi positif meliputi
hal-hal berikut:
1) Hidup jemaat sebagai anak-anak Allah
(ayat 1)
Menjadi anak-anak
Allah hidup merupakan hak istimewa yang hanya di miliki oleh orang Kristen.
Inilah janji ketika anak-anak menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Jurusemat, “tetapi semua orang yang menerimaNya di beriNya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh 1:12). Ini bukan
perkara yang sederana, melainkan hal yang di tetapkan oleh Allah sejak
kekekalan, “dalam kasih ia telah menentukan orang percaya dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi penurut-penurut Allah dalam kasih-Nya Efesus
5:1&2.
Dalam ajaran
Paulus mengatakan bahwa, anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Kristus.
Menjadi serupa adalah kata yang penting dalam perjanjian baru. Bahwa kata ini
paulus mengatakan berulang-ulang kali menjadi serupa dengan Kristus. Dan
sekarang betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada anak-anak-Nya yang
di kasihi yaitu mereka yang percaya kepada Yesus dan mereka akan di sebut
sebagai anak-anak Allah.
Anak-anak Allah
juga di maksud untuk menjadi Imam yang mengukapan pujian penyembahan dari
seluru ciptaan. Akan tetapi, pujian yang terumuskan dan terucapkan dengan baik
hanya dapat terungkapkan oleh manusia sebagai anak Allah. Allah terus
menyatakan kasih-Nya kepada anak-anak melaluhi pemulihan. Orang percaya telah
melihat Perjanjian Baru menekankan status anak sebagai anak Allah.
yang di maksud Paulus dengan hidup sebagai anak-anak Allah ialah, anak-anak
Tuhan harus hidup sebagai penurut Allah. dalam Efsus 5:1, paulus membuat
pernyataan yang mengikat: “jadilah penurut-penurut Allah” kata-kata itu
berdasarkan pada keberadaan melaluhi anugerah – “sebagai anak-anak yang
kekasih.” Keserupan dengan Allah esensi
kehidupan seorang anak Allah. apabila orang mengamati hidup anak, seharusnya
mereka dapat melihat karakter Allah di dalam hidup si anak tersebut. Karena
sebagai anak-anak-Nya, adalah orang-oarang dengan gambar Allah di dalam hidup
yang telah memuliakan Allah.
Arti kata 'penurut' menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang yang menurut, tidak melawan, patuh, penurut.
Sebagai orang Kristen mereka ini adalah
pengikut-pengikut Kristus. Jadi merupakan keharusan bagi mereka untuk
hidup taat, tidak melawan dan menurut kepada kehendak Kristus, memiliki
karakter seperti Dia dan meneladani Kristus hidup seperti dikatakan oleh Rasul
Yohanes, "Barangsiapa mengatakan,
bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah
hidup." . Dengan kata lain, menjadi 'penurut-penurut Allah'
adalah berarti menjadi peniru-peniruNya.
Pengetahun hubungan anak dengan Allah ini
merupakan hal yang mendasar bagi pertumbuhan kekristenan. Mengasilkan rasa aman
adalah anak Allah, Ia adala Bapaku, anak mengerti bahwa Allah memelihara semua
orang. Menjadi bagian keluarga Allah
mempengaruhi arah hidup si anak. di beri hati baru yang menghasilkan gaya hidup
yang baru di dalam Bapa. Dalam dunia ini tidak memiliki landasan dan arah ini,
maka anak-anak masuk di sebuah keluarga yang memiliki tujuan, memegang standar
yang sama. Sama-sama bertujuan untuk memuliakan Bapa, menjadi anak Allah
merupakan suatu berkat yang sungguh ternilai.
Di sini Rasul Paulus menggunakan
kata (adoption) atau “diangkat
menjadi anak.” Kata Yunani yang digunakan atau di terjemahkan menjadi (adoption)
ini adalah (huiothesia). Tidak ada
kata Yunani lain yang seperti itu. kata yang diterjemahkan untuk anak adalah (huios) dan kata yang diterjemahkan “menempatkan” adalah (thesis) Kata (thesis) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani Jadi kata (thesis) di sini berarti “mengajukan” atau “menyatakan” dan ketika
Paulus menggabungkan kedua kata ini, yaitu (huios)
yang berarti “anak” dan (thesis) yang
berarti “menyatakan” atau “menempatkan,” maka (huiothesia) berarti “menyatakan sebagai anak” atau “mengangkat
sebagai anak.” Kata ini khusus digunakan dalam Perjanjian Baru dan tidak akan
pernah dapat ditemukan di dalam literatur-literatur Yunani lainnya dan kata ini
adalah kata yang khusus bagi Paulus. Hanya Paulus yang menggunakan kata (huiothesia) ini yang berarti “menyatakan
atau menempatkan atau mengangkat sebagai anak.” Dan di dalam bahasa Inggris
kata ini diterjemahkan menjadi (adoption) atau dalam Alkitab bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “menjadikan anak-anak-Nya.” Kita diangkat menjadi anak
dalam kerajaan Allah.
Disini kata yang di gunakan (tekna agapeta) disini seperti yang nyata
seperti dalam ayat yang berikut (5:2) mempuntai arti (heilshitoris agapetoi theou) artinya mereka adalah “anak-anak yang
kekasih”, karena itu mereka menjadi penurut-penurut Allah.
Setiap anak memang berbeda,
tetapi ada ciri-ciri yang sama bagi anak-anak Allah. Anak-anak Allah memang
tidak sama raut wajah, karakter, potensi, dan karunianya. Tetapi ada beberapa
ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa diri mereka adalah anak-anak Allah.
Ciri-ciri jemaat sebagai
anak-anak Allah yang penurut.
1)
Ciri-ciri pertama anak-anak Allah
ialah percaya bahwa Yesus adalah Kristus Orang-orang yang percaya bahwa Yesus
adalah Mesias dan Juruselamat pribadinya adalah anak-anak Allah.
2)
Ciri-ciri kedua, yaitu mengasihi
Bapa dan anak-anak-Ny. Dua elemen itu tidak dapat dipisahkan, karena orang yang
mengasihi Bapa akan mengasihi anak-anak-Nya juga. Gaya hidup anak-anak Allah
bercirikan kasih.
3)
Ciri-ciri ketiga ialah mentaati
perintah-perintah-Nya Kasih itu tidak berdiri sendiri, tetapi diiringi dengan
ketaatan. Mengasihi Allah berarti melakukan apa yang diperintahkan-Nya.
Sesungguhnya perintah-perintah-Nya itu tidaklah berat bagi anak-anak Allah.
4)
Ciri-ciri keempat anak-anak Allah
adalah mengalahkan dunia Sebab semua yang lahir dari Allah sanggup mengalahkan
dunia yang jahat ini dengan imannya. Dengan beriman dan mempercayakan diri
kepada pertolongan Roh Kristus, setiap anak Allah dapat menaati Allah serta
mengalahkan dosa dan hawa nafsu dunia. Hanya
orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.
3. Hidup jemaat adalah hidup dalam kasih ayat 2.
Dalam kedua ayat ini mencul lagi kata (agape)
di terjemakan “kasih”, yang telah ditemuhi dalam 4:2, 15-16 bnd, 3:17,19
sebagai kata senteral, bukan saja dari bagian yang di bahas ini, tetapi juga
dari bagian-bagian yang lain dari pasal 5 dan pasal 6.
Nasihat Paulus ini hanya suatu perintah saja tetapi lebih dari
pada itu; nasihat itu adalah suatu printah, jadilah penurut-penurut Allah dalam
sikap dan perbuatan.. Karen antara “anak”
dan “menjadi penurut Allah” terdapat suatu hubungan yang erat. Hal ini
juga temui dalam “semuanya ini di tuliskan, bukan untuk memalukan “kamu”,
tetapi untuk menegur kamu sebagai ana-anakku yang kekasih. Supaya mereka
menjadi penurut-penurut Allah, hal ini tidak ia buat buat sebagai rasul
terhadap manusia-manusia, tetapi terhadap orang-orang yang di kasih Allah dalam
Kristus.
Disini kata yang di gunakan (tekna agapeta) disini seperti yang nyata
seperti dalam ayat yang berikut (5:2) mempuntai arti (heilshitoris agapetoi theou) artinya mereka adalah “anak-anak yang
kekasih”, karena itu mereka menjadi penurut-penurut Allah.
Bukan itu saja paulus tuntut dari
mereka konsekuensi dari nasihatnya yang tersebut diatas, ia menambahkan, dan
hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah (ayat.2). dalam anggotah-anggotah jemaat harus menjadi penurut-penurut
Allah, seperti anak-anak.
(Peripatein) yang di terjemahkan
(bode) dan gereja Roma katolik dengan
berjalan sebenarnya berarti: hidup terus menerus berada dalam (peripatein en agapei) (bnd 1:4; 4:15 dan
5:18) hidup dalam kasih, yaitu hidup yang di tantang dan yang di kuasai oleh
kasih. Adalah kasih Allah dalam Kristus.
Betapa besarnya kasih yang di
karuniakan Bapa kepada umatnya disebuat sebagai anak-anak Allah, dan memang
mereka adalah anak-anak Allah….
anak-anakku yang kekasih, sekarang adalah anak-anak Allah, atau keluarga Allah,
dan bagi mereka yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadikan orang percaya menjadi satu dalam
kasih melaluhi Tuhan Yesus.
Hidup jemaat yang di tinjau dari sudut positif
(5:1-2). Ayat yang pertama ini paulus merangkumkan apa yang ia katakana dalam
bagian yang lalu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak
yang kekasih (ayat 1). Dan ini paulus menyasehatkan kepada anggotah-anggotah
jemaat di Efesus…
anggotah-anggotah yang dahulu kafir, tetapi yang sekarang telah menjadi
“orang-orang kudus” dan “orang-orang percaya” (Ef 1:1). Supaya mereka menjadi
penurut-penurut Allah, dan hal itu mereka membuat anak-anak yang kekasih.
Dalam ayat ini
muncu ini muncul lagi kata (agape) “kasih”
yang kita temui dalam 4:2,15-16,19 ini adalah bagian dari kita bahas adalam
pasal 5. Dan nasihat paulus bukan hanya satu printah saja, tetapi lebih dari
pada itu adalah jadilah penurut Allah. karena antara “anak” dan “penurut
Allah” suatu hubungan yang erat, hal ini
kita temui juga dalam 1 Kor 4:14,16 bahwa semuanya ini Paulus menuliskan, bukan
untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur kamu sebagai anak-anakku yang
kekasih.
Seberapa
jahu kristus melepaskan mereka dari kuasa (dan kutuk) Hukum taurat menerima mereka dalam status
sebagai Anak;. seberapa jauh mereka menerima Roh kudus, yaitu Roh yang
menjadikan dan memelihara mereka sebagai anak.
Paulus
mengatakan bahwa semua orang percaya adalah anak-anak Allah yang di kasihi. Ini
menginggatkan kita betapa pentingnya bagi Bapa yang di sorga, jika ana-anaknya
trus-menerus memelihara hubungan yang erat dengan Bapa. Dan orang percaya
mempunya kewajiban-kewajiban yang baru, kehidupan yang baru kehidupan yang baru
tidak sama dengan kehidupan berdosa sebelumnya. Kebencian dan kepahitan
digantinya dengan kehidupan yang penuh dengan kasih.
Aspek dari kasih
di ungkapkan melaluhi kata Yunani (agape)
yang berarti “kebaikan yang tidak terkalahkan”. Inilah kasih Allah. ini
merupakan tipe kasih yang Allah paling ingin kembangkan di dalam hati orang
yang memgasihi Dia. Kasih (agape) tidak manusiawi,melainkan Ilahi. Kasih
manusia bisa di simbolkan dengan madu, yang rasanya sangat manis. Demikian pula
kasih manusia sangat manusia sangat dangkal. Setiap ada suatu ujian atau
pebedaan pendapat, kasih manusia bersahabat dapat menadi musu yang terburuk
dalam suau pencobaan yang kecil jika di hubungan di antara kedunya semata-mata
kasih di dasarkan pada kasih manusia. Bahwa kasih manusia tidak mampu melewati
Allah.
Orang percaya
juga harus memiliki kasih Allah terhadap teman-teman di sekitanya, bukan
sekedadar kasih manusiawi yang bersifat kejiwaan, dengan demikian hubungan
dalam kasih dapat tahan menghadapi konfrontasi-konfrontasi yang datang kedalam
kehidupan. Allah akan menyentu orang-orang yang di kasihi untuk mengenapi
maksud-maksud-Nya, yaitu agar orang percaya saling menguatkan dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus. Kasih yang ingin Allah bentuk di dalam hidup orang percaya
terlihat dalam Galatia 5:22, yaitu kasih agape. Kasih kepada Allah; kasih
kepada sesame kita dan kasih kepada musuh-musuh kita bahwa ingatlah, kasih itu
bukan merupakan Pilihan, melainkan suatu printah.
Hidup dalam
kasih berarti harus membuang semua sifat 'manusia lama' kita yang cenderung
egois, mementingkan diri sendiri dan tidak punya kepedulian terhadap orang
lain. Bukan hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, tapi juga mampu
mengasihi orang yang telah menyakiti dan membenci kita.
Jadi Paulus
menasehati mereka, mereka menjadi penurut-penurut Allah hal ini tidak buat
sebagai rasul terhadap manusia-manusia, tetapi terhadap orang-orang yang di
kasihi Allah dalam Kristus. Ungkapan (tekna
agapeta) disini seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut (5:2). Mempunyai
arti (heilshistoris agapetoi Theou)
adalah “anak-anak yang di kasih” (Rom 1:7, 11:28, 1 Tim 6:2,). Kerena itu
mereka harus penurut-penurut Allah.
Berikut ini di
kutip beberapa ayat Alkitab: sebab di dalam Dia Allah telah memilih
anak-anak-Nya sebelum dunia di jadikan, supaya orang percaya dan tak becacat di
hadapa-Nya. Dalam kasih ia telah menentukan orang percaya dalam Yesus Kristus
untuk menjadi anak-anak-Nya yang mulia, sebab di dalam Dia, yang di kasihi-Nya.
Di dalam Yesus kristus oleh darah-Nya anak-anak Allah memperoleh pengampunan
dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Efesus 1:4-7). Karena kasih karunia
Allah ialah kasih Allah yang bekerja di dalam hati manusia. Dan kasih karunia
Allah juga mempersipkan anak-anak-Nya di suatu pertobatan. Karena kasih karunia
Allah sangat mempengaruhi kehidupan orang percaya untuk tertarik kepada Allah.
Namun kasih Allah kepada orang percaya bahwa Allah memberikan Anak tunggal
satu-satu-Nya kepada umat yang percaya Tuhan (Yoh 3:16). Ini adalah bukti bawah
Allah itu benar-benar kasih karena, Ia rela memberikan Anak-Nya kepada orang
yang percaya kepadaNya. Namun apa yang seharusnya dilakukan, sejatinya tidak
begitu. Dan itu tersirat dari Yoh 6:41 bahwa orang-orang Yahudi
bersungut-sungut. Kondisi semacam ini juga kadang-kadang terjadi pada anak-anak
Tuhan. Sadar atau tidak, kadang melayani
karena terpaksa karena kondisi dan situasi yang kurang menyenangkan. Kasih
adalah modal utama untuk menuruti semua perintah-Nya tanpa harus bersungut-sungut.
4.
Sikap orang percaya adalah dalam terang (Efesus
5:8-13).
Maksud Paulus bukanlah
mengisolasikan anggota-anggota jemaat dari dunia tetapi kehendak memelihara
mereka dari bahaya-bahaya yang mengancam mereka, sehingga dengan jalan itu
mereka dapat menjalankan tugas dan pangilan mereka sebagai saksi-saksi Kristus
dalam dunia dengan baik
a) Hidup sebagai anak-anak terang (ayat 8)
Dalam bagian ini
Paulus mengingatkan mereka, bahwa mereka sekarang tidak sama lagi seperti dahulu. Sejak mereka bertobat
dan menjadi anggotah tubuh Kristus (jemaat) situasi mereka telah berubah, sama
sekali berubah. Karena itu hidup mereka harus sesuai dengan situasi yang baru
itu Ia mulai dengan. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi
sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai
anak-anak terang ayat 8.
Pertama Paulus
menunjukan kepada eksistensi mereka pada waktu yang lalu atau digunakan dengan
kata (pote) diterjemahkan ia katakana memang. Dan selanjutnya
dengan kata (gar) artinya “dahulu kamu (adalah) kegelapan”.
Disini bahwa Ia katakana memang dahulu “kamu gelap” atau “berada dalam
kegelapan”, dan selajutanya kata (ete skotos) diterjemakan juga sama
artinya “kamu adalah kegelapan”.
Kegelapan yang Paulus
maksudkan disini, bukanlah suasana, yang di dalam mereka berada. Bukan juga
sifat yang mereka punyai. Karena hidup dan pekerjaan mereka ialah hidup dan
pekerjaan kegelapan, hidup dan pekerjaan yang memimpin mereka kepada kematian
Efesus2:1 dan 2. Waktu ini tentang lampau dan tetapi sekarang yang digunakan
dengan kata (nun den) artinya,
keadaan telah berubah. Karena anugerah (kasih karunia) Tuhan, mereka bukan lagi
“kegelapan”, tetapi “ terang”. Juga disini Paulus katakan,
bahwa mereka “mereka berasal dari terang” atau (mereka adalah) “milik terang”,
dan berada dalam terang dan mereka adalah terang.
Dari
ungkapan-ungkapan ini nyata, bahwa kata yang digunakan disini ialah (ete pho) artinya mereka di terangi oleh
terang. Tetapi bahwa mereka adalah terang, bukan karena terang dari diri mereka
sendiri, (en kuroi) artinya Tetapi terang “di dalam Tuhan” karena itu (tekna hotos) karena mereka adalah terang
didalam Tuhan dan mereka harus hidup sebagai “anak-anak terang”. Mereka di
katakana seperti di Ef 5:5 telah di pindakan dari “kuasa kegelapan” dan
ditepatkan di dalam “kerajaan Allah”.
b) Hidup dalam kebenaran (ayat 9)
Hidup sebagai
anak-anak terang yang berbeda dengan hidup di dalam kegelapan, karena terang,
demikian Paulus ayat 9. Hanya perbuatan
kebaikan dan keadilan dan kebenaran. Ayat ini suatu paranthese atau gar di
terjemakan “karena” tidak memberikan motivasi, tetapi mempunyai arti
eksplikatif. Secara harfia di terjemahkan “kerenaa buah terang. (En disini
berti tersendiri dari) segala macam kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Segalah macam
kebaikan, keadilan dan keberan ini tidak pada “manusia lama”, hanya pada
“manusia baru”, karena di anugerahkan Allah kepada-Nya, manusia lama hanya
hidup dalam kegelapan. Pekerjaannya ialah, percabulan, kecemaran, keserahkaan
dan kejahatan-kejahatan yang lain. Padanya berlaku tidak orang yang baik hanya
satu saja yaitu Allah, dan tidak ada orang yang benar, semuanya adalah
pendusta. Disini Paulus begitu peduli dengan anggotah-anggotah jemaat di Efsus,
karena itu ia menegakkan kepada anggotah-anggotah jemaat di Efesus, bahwa
kehidupan manusia lama itu harus di tinggalkan, sesudah menjadi anggotah tubuh
Kristus (jemaat).
c) Hidup berkenan dihadapan Tuhan (ayat
10).
Dalam ayat 10
ini, agar Paulus memintah mereka untuk menguji situasi, (dimana mereka berada sekarang) dengan
penyataan Allah Kristus. Dan ujilah apa
yang berkenan kepada Tuhan. (Dokimzein) kata aslinya (euareston, toi kurioi) diterjemakan
ialah, “berkenan kepada Allah” apa yang mereka uji dan pilih sebagai hasil dari
keputusan mereka harus sesuai dengan Allah.mereka sendiri harus bertangung
jawab atas apa yang mereka buat (lakukan). Ia hanya mengingat mereka, bahwa ada
batas dari apa yang berkenan kepada Allah dan apa yang Ia kehendakinya. Hidup mereka setiap hari sebagai
anggotah-anggotah jemaat haruslah ditantang oleh doa, percakapan, “perundingan”
yang terus menerus dengan Tuhan.
d) Hidup dalam pembaharuan (ayat 11).
Hidup sebagai
anak-anak terang masih mempunyai konsekuensi yang lain. Karena dalam ayat 11.
Bahwa Paulus menlanjutkan nasihatnya, jangan turut mengambil bagian dalam
perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuakan apa-apa, tetapi sebaliknya
telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Nasihat Paulus ini lanjutan dari ayat 8
dan mempertentangkannya dengan apa-apa yang ia katakana juga dalam bagian ayat
11 ini.
Sebagai
anak-anak terang mereka tidak boleh ikut serta dalam perbuatan kegelapan.
Kegelapan dimana orang-orang kafir berada, dan mereka anggotah-anggotah jemaat
Efesus yang “hidup” dahulunya di dalamnya 2:2, mempunyai dunia suasana sendiri.
Dalam bagian
muncul lagi kata (skopo) adalah
personafikasi dari kuasa kegelapan juga
mempunyai hasil atau akibat yang konkrit, dan sesuai dengan akikatnya. Bedanya
ialah, bahswa hasil atau akibatnya itu tidak di sebut “buah” (arpos) pekerjaan/perbuatan (erga) sepertinya artinya sama seperti yang
sebelumnya, pekerjaan/perbuatan dingin (erga
tes sarkos) artinya
pebuatan-perbuatan ini dalan “kegelapan”.
Kegelapan itu
tidak memberi, hanya dapat melaksanakan, karena gelap adalah alat dari suatu
kuasa yang lain. Dan apa yang
dilaksanakannya, seperti yang telah didengar, sesuai dengan sifat dan
hakitatnya, yaitu, kegelapan. Orang-orang yang hidup di dalamnya juga demikian,
pekerjaan/perbuatan mereka adalah, pekerjaan/perbuatan gelap, perbuatan yang
membawa orang-orang lain kedalam kebinasaan. Dari orang-orang kegelapan ini
anggotah-anggotah jemaat harus menjahukan diri. Mereka tidak boleh bergaul
bentuk (praesens) dari (sunkoinoneite), menyatakan partisipasi
yang terus menerus dalam persekutuhan dengan orang-orang (percaya).
e) Hidup yang memalukan.
Dasar nasihat
dari Paulus ini ia berikan di dalam ayat 12. Sebeb menyebutkan sajapun apa yang
di buat oleh merka di tempat-tempat yang tersembuni itu telah memalukan. Dalam
kalimat ayat 12 ini mempunya arti konsessip dan diterjemakan adalah “Ujulah”
karena apa yang mereka buat secara tersembuyi itu mamalukan, sekalipun hanya
menyebut saja. Dan muncul lagi kata (hup
auton) artinya “oleh mereka”. Tetapi dari konteksnya nyatah bahawa “mereka”
itu ialah menjukan kepada orang-orang kafir, seperti yang di katakana
sebelumnya ayat 6. (Huioi skotous)
yang di sebutkan sebagai “anak-anak duraka”,
sesuai dengan hakikat sifat mereka lakukan secara tersembunyi, di
tempat-tempat yang gelap.
Ginomena
artinya mereka melakukan secara terasembunyi, di tempat-tempat yang gelap
(tempat rahasia), itu. Mungkin anggotah-anggotah jemaat
f) Hidup yang nampak di dalam Tuhan.
Dalam ayat 13
ini, bahwa paulus melanjutkan apa yang ia katakana dalam ayat-ayat yang
sebelumnya, yang khusunya ayat 11 dan 12. Tetapi segala sesuatu yang telah di
telajangi oleh terang itu menjadi tampak, sebab semua yang tampak adalah
terang.
Dahulu kamu
adalah kegelapan. “pernyataan ini sungguh cocok untuk menerang orang berdosa
pada masa lampau. Kini orang Kristen merasa memikirkan kehidupan masa dahulu,
tetapi Puji Tuhan, kegelapan itu sudah berubah menjadi terang.Beberapa hal di
kemukakan oleh kegelapan itu, ialah penyembahan berhala kehidupanyang penuh
dosa dan menimbulkan rasah ketakutan. Kegelapan berarti ketidaksenangan, sedang
terang, mengembalikannya, melambangkan sukacita, selain itu kegelapan tidak ada
bahaya. Dan berjalan lagi dalam kegelapan lagi ia berblik lagi dari terangnya,
jika ia tidak balinya
Segala sesuatu yang disoroti di
dalam terang, akan kelihatan dengan jelas. Sebab semua yang dapat dilihat
dengan jelas, adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai
engkau yang tidur, dan bangkitlah dari kematian Kristus akan bercahaya atasmu.”
Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti
orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak. Gunakanlah
sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada padamu, karena masa ini adalah masa
yang jahat.
Jalan hidup orang
benar atau yang takut akan Tuhan tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi.
Seperti apapun kondisinya, orang benar itu akan tetap bisa mengendalikan
situasi dan tetap mengasihi dan tetap hidup dalam kebenaran. umat yang
percaya harus tetap besukacita dalam segala hal baik dalam keadaan.
Kepada jemaat di
Efesus Paulus mengingatkan agar mereka tidak turut mengambil bagian atau
terlibat dalam perbuatan-perbuatan gelap, karena status mereka adalah anak-anak
terang. “…dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah
terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,” (Efesus
5:8). Di tengah dunia yang dipenuhi keingingan daging dan banyak penyesat
(Iblis) yang tidak pernah berhenti melancarkan taktik dan jerat kepada
orang-orang percaya, kita akan mudah diperdaya dan masuk perangkapnya kalau
tidak waspada dan berjaga-jaga.
Anak-anak terang adalah
orang yang mengerti bahwa sejak percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Jadi anak-anak
terang adalah orang yang menghormati dan mentaati Allah. Apa tanda-tandanya
menghormati dan mentati Allah Tanda-tandanya adalah mengasihi Allah dan sesama,
karena Tuhan memerintahkan agar kita hidup di dalam kasih, sebagaimana Kristus
Yesus. Selanjutnya, mengucap syukur kepada Allah, dan meninggalkan segala
perbuatan dan perkataan kotor, perkataan kosong dan yang tidak bermanfaat.
Karena hal-hal demikian menunjukkan hidup yang sesuai dengan buah pertobatan
yang dikenan oleh Tuhan. Pembaca setia, harapan Bapa, bagi kita semua hidup
sebagai anak-anak terang. Dengan mengasihi-Nya dan sesama, mengucap syukur,
mengeluarkan buah pertobatan dan memperkenan hati Tuhan.
5. hidup jemaat, ditinjau dari dari sudut negatif
(Efesus 5:3-7)
Paulus meninjau
dari sudut posistif ia sekarang … dalam bagian ini meninjahu dari sudut negatif
juga. Paulus ia mulai dengan tetapi
percabulan dan rupa-rupa kencemaran, atau keserakaan, disebut juga jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya
dari orang-orang kudus.
a) Hidup dalam
percabulan.
Dalam ayat yang
keiga ini di awali dengan kata (de)
artinya “tetapi”, menyatakan sesuatu pertentangan, yaitu sebaliknya dari pada
apa yang di katakana dalam ayat 1 dan 2. Dalam kedua ayat ini Paulus katakan,
bahwa anggotah-anggotah jemaat anak-anak yang di kasihi Allah, karena itu
mereka harus hidup di dalam kasih, dan
hidup di dalam kasih bertentangan dengan hidup dalam (porneia)
artinya “percabulan”, yang bisa di lakukan oleh orang-orang kafir dan yang
mempunyai pengaruh di dalam jemaat. Di samping (porneia) Paulus menyebut juga kejahatan-kejahatan lain (akat-harsia) artinya “kecemaran dan (pleonexia) artinya “keserakaan” dalam nasihatnya.
(Porneia)
di terjemakan
artinya “percabualan” adalah kejahatan utama dari orang-orang kafir
sering di serang oleh paulus. Porneia adalah “tiap-tiap bentuk persetubuhan
yang tidak ligitim” Bauer” persetubuhan yang tidak wajar.
(Akatharsia)
di terjemakan artinya “kecemaran yang di sebut juga bersama-sama dengan (porneia)
kata ini mempunya arti yang lebih luas yaitu “kecemaran” ini kata yang
lebih tepat dalam arti umum. Dan (pasa) yang
di terjemakan artinya “semua rupa-rupa” menyatakan bahwa disini yang Paulus
maksudkan ialah segala macam pencemaran. Pleonexia kata ini mempunya arti yang
umum (loba tama) keserakaan tentang kata ini sama seperti kata
yang sebelumnya yaitu sama seperti kata (porneia)
dan kata (akatharsia). Dalam ketidak sadarannya mereka menyerkan
diri kepada hawa-nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
Dalam bahasa aslinya kalimat ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari
kalimat yang mendahuluinya, dan keduanya di hubungkan dengan kata (hotines) artinya “yang” sebagai
penghubung antara sumber dan aliran, pengertian “pengetahuan” dan perbuatan,
akibat mereka menyerkan diri kepada hawa nafsu.
Dan hati mereka
begitu degil membantu, sehingga timbul atau hilang persaan
(kesadaran) mereka. Namun mereka tidak mampunyai persaan (kesadaran) lagi
mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Itulah akibatnya hidup yang terasing
(terpisa) dari persekutuan dengan Allah. hidup demikian itu mementingkan diri
sendiri, mencari kesukaan yang murah (lahiria) dan hawa nafsu yang rendah.
Kejahatan-kejahatan
ini mereka harus menjahui. Ungkapan (medeonomazestho
en humin) dan kata ini tidak di terjamakan secara harfiah, tetapi terjemaan
Roma katolik, “namanya jagan disebut antara kamu” dan terjemahan ini bukan saja
tidak cocok dengan lanjutan nasihat Paulus dalam ayat 4, tetapi juga
bertentangan dengan maksud nast. Yang Paulus larang ialah bukan penyebut nama
(percakapan tentang) kejahatan-kejahatan itu. Dan itu tidak patut lagi bagi
mereka sebagai “orang-orang kudus”
Sebenarnya belum
selesai ditinjahu dari sudut tata bahasa ayat ini erat berhubungan dengan ayat
4 demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono, karena hal-hal
ini tidak pantas, tetapi sebaliknya ucaplah syukur. Demikan juga artinya:
segalah kejahatan yang disebut dalam ayat ini juga tidak boleh ada (terdengar)
di antara mereka. Larangan Paulus itu mencukupi segalah macam kejahatan, baik
kejahatan dalam bentuk perkataan (perkataan), seperti yang disebut ayat empat
ini. “perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono” maupun kejahatan dalam
bentuk perbuatan, seperti yang di sebuat dalam ayat 3 yang sebelunya,,
“percabulan dan rupa-rupa pencemaran atau keserakahan. Semuanya itu tidak
pantas (ha ouk aneke), hal ini tidak
layak yang di lakukan sebagai anggotah-anggotah tubuh Kristus. Yang harus
mereka lakukan ialah sebaliknya, mengucap syukur kata yang di gunakan
disini ialah: eucharistein disini
terjemahan yang tepat adalah, (bersyukur) “kepada Allah”.
Dan bagi Paulus
mengunakan kata ini eucharistea, ini adalah “ucapan syukur” kepada Allah itu
adalah suatu pergertian yang fundamental. Paulus banyak memakai kata ini dalam
surat-suratnya, dan berulang-ulang kali orang kerten telah membacakannya. Bahwa
tidak putus-putus ia mengucap syukur kepada Allah, untuk anggotah-anggotah
jemaat, Ef 1:16. Dan bahwa ia menuntut, supaya anggota-anggota jemaat juga
berbuat demikian, bukan saja sebagai persekutuhan dalam ibadah-ibadah mereka Ef
5:20. Tetapi juga sebagai pribadi di rumah-rumah mereka atas segala sesuatu
yang mereka terima dari Tuhan Allah, dalam hal berkat jasmani dan rohani
sepaya hati mereka berlimpah dengan
ucapan syukur.
b) Hidup dalam penyembahan berhala.
Dalam ayat 5 ini
mengaris bawahi bahaya kkejahatan-kejahatan (dalam dosa-doasa) yang di sebut
dengan ayat yang sebeum-sebelumnya. Paulus memperingatkan mereka, tetapi
ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang yang sundal, orang cemar atau orang
serakah, artinya peyembah berhala, yang memndapat bagian di dalam kerejaan
Kristus dan Allah ayat 5.
Disini kata yang
mengunakan ialah kata (touto gar iste
ginoskontes) disini diterjemakan ialah rupa-rupa cara dalam bahasa
Indonesia. Bede, karena itu kamu ketahui dengan sungguh-sungguhnya. Dan
diterjemakan dari Roma katolik bahwa: insaflash tetapi baik-baik (ingatlah)
baik-baik. Dan penulis lebih cenderung memilih (iste) sebagai bentuk indekatif, karena ada dua alasan, pertama
ialah karena kata (gar) artinya
“tetapi berkata-kata” tentang sebab yang disebut sebelunya. Yang kedua adalah:
kata (ginoskontes) kata ini (bentuk
klesik), menujukkan kepada apa yang telah di kehaui yaitu: berdasarkan kedua
alasan ini di ungkapkan(touto gar iste
genoskontes) kata ini yang paling tepat ialah “karena kamu tau” atau “karena hal ini kamu
ketahui”.
c)
Hidup
perbuatan yang tidak wajar.
Orang yang setia
kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau berdiam diri terhadap
"perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan" (Efesus 5:3-6). Mereka harus selalu siap
membeberkan, menegur, dan menentang semua bentuk kejahatan. Dengan
sungguh-sungguh menentang ketidak benaran berarti membenci dosa, memihak kepada
Allah dalam menentang kejahatan dan tetap setia kepada Kristus yang juga
menyingkapkan perbuatan-perbuatan jahat.
Karena hal ini
Paulus mengatakan kepada mereka yaitu: bahwa orang sundal, orang cemar, orang
serakah, artinya penyembah berala tidak (akan) mendapatkan bagian dalam
kerajaan Allah dan hal bukan perkara yang baru. Hal itu telah di
beritahukan/diajarkan kepada mereka Efesus 4:21.
Memang susunan
kalimat dari ayat 5 ini sedidkit sulit sehinggah dapat menimbulkan kesan seperti
diatas yaitu: seolah-olah Paulus mau katakana, bahwa untuk orang-orang berdosa
tidak ada tempat dalam kerjaan Allah. tetapi maksub paulus yang sebenarnya
bukanlah demikian. Maksundnya ialah bahwa bagi orang-orang sundal, orang-orang
cemar, dan orang-orang serakah, yang dengan sadar menyerahkan, sehingga
menganggap kejahatan-kejahatan (dosa-dosa) itu sebagai ilah, bagi orang-orang
yang demikian orang-orang “penyembah berala”.
Jadi disini kata
yang digunakan ialah( ho estin
eidololtres) yang di terjemakan ialah penyebah berhala, (pleonektes) diartikan ialah “orang
serakah” dan muncul lagi kata (pornos)
dan (akathartos) dan kedua kata ini
di artikan bahwa “orang sundal” dan “orang cemar”. Juga mempunyai susunan
kalimat yang demikian, karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang
bersifat duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan
juga keserakaan, yang sama dengan penyembah berhala. Dan ungkapan yang sama
penyembah berhala (hetis estin eidolo
latreia) diterjemakan “keserahkaan”.
d) Hidup yang ditunjukan dengan perbuatan yang mendatangkan murka Allah.
Dalam ayat ini
Paulus kembali lagi kepada apa yang di bicarakan pada ayat-ayat sebelumnya.
Tentang kejahatan-kejahatan dalam bentuk perkataan, dan di katan janganlah kamu sesatkan orang dengan kata
yang hampah, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas
orang-orang duraka ayat 6. Dari
caranya Paulus merikan nasihat yang menglangi apa yang telah ia katakana…
nyata, bahwa anggotah-anggotah jemaat di Efesus berada dalam bahaya, bahaya
percabulan, kecemaran, keserakaan, yang mendatangkan murka Allah atas mereka
dan menyebabkan mereka tidak dapat
bagian di dalam kerajaan Allah dengan perkataan lain, murtab dan kembali lagi
ke dalam situasi orang-orang kafir.
Karena itu Paulus memperingatkan, janganlah kamu disesatkan oleh orang. Dalam
larangan “jangan kamu du sesatkan orang” dapat di dengar oleh Paulus dua macam
dosa: dosa orang yang menyesatkan dan dosa orang yang member dirinya
disesatkan. Bentuk kalimat ini, yang tidak menasihati orang-orang yang
menyesatkan, meninbulkan dugaan, bahwa maksubnya ialah anggotah-anggotah jemaat
jangan member diri mereka disesatkan orang.
Ada yang
menfsirkan dalam ayat ini bahwa diawali
dengan kata (Grosheide) ini diterjemakan
“orang kafir” yaitu orang-orang yang berusaha dengan bujukan dan kata mereka
yang hampa. Dan selanjutnya dengan kata
kenoi logoi di terjemahkan artinya: “perkataan yang sia-sia” (perkataan yang
penuh dengan kebohongan) untuk murtadkan anggotah-angotah jemaat dan pemimpin
mereka kembali kepada cara hidup mereka yang dahulu Efesus 2:2.
Kata-kata yang
barang kali lebih baik, dosa-dosa ini mendatangkan murka Allah atas
oaring-orang duraka. ialah orang-orang kafir Efesus 2:2. Orang-orang berdosa pada
umumnya Efesus 2:3: (orang-orang yang di murkai) dan juga orang-orang Kristen
yang Murtab Grosheide. Atas orang-orang ini akan datang murka Allah.
(Berkelbech
van der sprenkel) di terjemahkan artinya
“orang-orang durhaka” (suatu ungkapan iberani yang karakteristik) mendengarkan
suara-suara lain dan terus menjadi sesat, sampai mereka sadar, bahwa mereka
berada dibawah murka Allah, jahu dari anugerah (kasih karunia-Nya). Jadi disini
Paulus menuliskan bagitu rupa, sehinggah menjadi terang bagi anggotah-anggotah
jemaat, dan dengan kuasa-kuasa lain yang berlahan-lahan menguasai orang-orang
yang turut melakukan kejahatan (dosa).
Dalam bagian
ayat 7 ini Paulus akhiri dengan suatu kesimpulan, sebab itu jaganlah kamu berkawan dengan mereka ayat 7. Disini
diawali denga kata (ou) artinnya:
“sebab itu” menyatakan konklusi dari apa yang di bicarakan sebelumnya. Karena
situasinya adalah begitu rupa, sehinggah kamu dapat mereka pimpin kedalam murka
Allah, “karena itu”
janganlah berkawan dengan mereka.
Dalam
ayat-ayat ini buakalah suatu kebetulan
bahwa dalam tulisan-tulisan Paulus sering terdapat nasihat terhadap perbuatan
asusila dan percabulan. Dosa semacam ini terkenal sekali pada zaman rasul-rasul
banyak terdapat dosa ini tercakup dalam penyembahan berhala. Dan Pulus melihat
hal ini sebagai kejahatan yang dengan segerah membinasakan kerohanian
mendatangkan murka Allah, atas kehidupan orang-orang yang melakukannya.
Tentu saja bukan hanya
terdapat dosa ini saja tetapi harus berhati-hatilah bagi orang Kristen yang
sudah percaya. Paulus memperinggatkan supaya orang Kristen berjaga-jaga
“rupa-rupa kecemaran”. Karena orang Kristen hidup yang berbeda dengan kehidupan
yang dahulu. Dan sekarang mereka sudajadi orang kudus, orang sudah disucikan.
C.
Aplikasi
Theologis
1. Sikap
hidup orang prcaya harus menujukan pada hal-hal yang baik.
2. Sikap
hidup orang percaya harus mennyadari dari hal-hal yang tidak baik.
3. Sikap
hidup orang percaya harus sungguh-sungguh didalam Tuhan.
4. Hidup
sebagai anak-anak Alllah, harus hidup kudus didalam Tuhan.
5. Hidup
yang sudah ditelanjangi oleh terang, harus hidup di dalam terang dan tidak
mengambil bagian lagi dalam kehidupan yang lama.
6. Hidup
sebagai orang percaya, tidak boleh mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan
yang gelap.
7. Orang
percaya tidak boleh lagi ambil bagian dalam perbuatan asusila.
8. Hidup
sebagai umat Allah, harus turuti firman Tuhan.
D.
Perilaku Kehidupan Mahasiwa/i Papua di Kota Malang
1.
Kehidupan sebelumnya.
Kehidupan
ana-anak Papua yang dari sananya bahwa memang mereka adalah dari sejak lahirnya
sudah menjadi orang Kristen oleh karena itu penulis meninjauh kehidupan mereka,
yang seungguhnya di dalam Tuhan itu seperti apa. Namun pada umumnya bahwa
anak-anak Papua ini, mereka pasti punya pengalaman peribadi dengan Tuhan.
Semua orang di
Indonesia tau bahwa papua adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia, dan
pulau yang kaya raya alamnya. Namun
Papua ini banyak ragam budaya dan bahasa, dari setiap suku yang ada di
sana. Dan lebih dari pada itu Papua juga di kenal sebagian besar adalah
mayoritas Kristen. Namun baginama kita
nelihat bahwa mahasiswa/i Papua yang ada di Kota Malang.
Hasil Pekabaran Injil telah dirasakan sekarang. Tanah Papua
menjadi wilayah yang tidak lagi terisolasi. Kini terbuka, terjadi perubahan dan
kemajuan. Gereja berdiri sebagai hasil Pekabaran Injil. Gereja berperan
memberikan nasehat dan pertimbangan kepada pemerintah, politik, pendidikan,
sosial-ekonomi dan segala sendi kehidupan orang Papua pada masa ini. Wilayah
Papua adalah wilayah yang benar – benar Kristen, walaupun di beberapa wilayah
tertentu ada penganut Islam dan kepercayaan suku, namun tidak dominan dan
mempengaruhi situasi injil pada masanya. Namun ketika Papua berintegrasi dengan
Indonesia pada tanggal 01 Mei 1963, mulai terjadi perubahan yaitu dengan
perpindahan penduduk dari wilayah lain di Indonesia untuk datang menetap
serta mencari pekerjaan di Papua dan juga melalui program transmigrasi
dari Pemerintah Pusat yang memindahkan warga negara dari wilayah yang padat,
pulau Jawa ke Papua. Pada umumnya mereka yang tiba di Papua ini, di dominasi
oleh Kaum Muslim. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan di Papua.
Semenjak itu Papua menjadi wilayah yang terbuka. Seiring dengan
berjalannya waktu peran Gereja sebagai buah pekabaran Injil yang berperan dalam
memberikan nasehat dalam segala bidang kehidupan bukan lagi sebagai
satu-satunya pemeberi nasehat dan pertimbangan. Dulu dikenal istilah
“Siapa menyebut Papua, Iya menyebut Injil.” Namun sekarang itu
Papua bukan hanya milik Kristus, menjadi milik semua orang dan agama. Ini
menjadi pencobaan yang luar biasa. Apalagi semenjak 1963-2014 jumlah penduduk
non-Kristen yang masuk Papua dalam jumlah besar baik melalui pesawat terbang
setiap hari dan melalui kapal – kapal besar yang masuk setiap minggu dan di
samping itu Pegawai negeri Sipil. Di Pemerintahan jumlah telah seimbang antara
Kristen dan Islam. Dalam posisi – posisi penentu kebijakan kaum
non-Kristen yang menentukan.
Dulu lonceng gereja yang bergema sampai pelosok Tanah Papua
namun sekarang bunyi adzan Mesjid juga sudah terdengar sampai di pelosok tanah
Papua. Ekonomi Pasar Rakyat di kuasai, Perkawinan beda agama terjadi. Mesjid di
bangun di seluruh pelosok Papua. Kebijakan Pemerintahan, politik, ekonomi
bahkan dunia pendidikanpun mulai dikuasai kaum non-Kristen. Namun, orang
Kristen menganggap itu hal normal saja. Di tengah situasi yang
memprihatinkan ini, munculah berbagai denominasi gereja dengan 45
sinode yang mulai bersaing untuk merebut umat dan juga perhatian pemerintah
bahkan ada isu yang muncul sinode–sinode baru di Papua sebagai akibat dari dana
Otonomi Khusus yang diberikan Pemerintah Indonesia bagi Papua.
Dan kehidupan mahasiswa di kota Malang, sebelum mereka
datang di Kota Malang mereka ini adalah anak-anak Tuhan selalu aktif di ibadah,
persekutuhaan-persekutuhan yang telah di tetapkan oleh gereja setempat di
Papua. Dan juga mereka ini sudah dari sejak lahirnya menjadi Kristen maka
mereka ini banyak pengalaman-pengalaman yang di rasakan bersama Tuhan. Dan juga
mereka ini sudah di ajarkan berulang-ulang kali dengan firman Tuhan mengenai
hidup dalam Tuhan dan persudaran atau hidup kasih.
Dan sekarang mahasiswa/i di Kota Malang sekarang terpengaru
dengan ajaran kerohanian mereka pada sebelumanya itu yang membuat mereka lebih
dekat kepada Tuhan. Walaupun mereka jahu dari orang keluarga mereka, tetapi
mahasiswa/i di Kota Malang mereka selalu punya satu komitmen yaitu hidup dalam
kekompakan dan jiwa sosialnya tinggi.
Sifat dan cara berfikir antara masyarakat Jawa khususnya
Malang dengan Indonesia bagian timur terdapat perbedaan. Perbedaannya adalah
Orang Jawa diidentikan dengan baik, halus dan rama tamah sementara itu, bagi
orang Papua diidentikan dengan kasar, tidak tahu etika dll. Contohnya, orang
Papua khususnya mahasiswa asal Papua akan terus terang memberitahukan apa yang
mereka tidak inginkan, tidak senang atau merasa disakiti.
Dari perbedaan itu, terdapat juga beberapa keunikan
tersendiri dari sifat-sifat tersebut. Orang Papua terus terang akan
memberitahukan atau membalas pada saat itu juga, tetapi setelah amarahnya redah
tidak ada rasa benci atau frustasi terhadap orang yang menyakitinya. Sementara
itu, Jika Orang Di Malang selalu memendamkan rasa marah atau rasa frustasi
mereka dalam jangka waktu yang lama.
Dari pandangan ini kami ketahui bahwa masyarakat jawa
benar-benar menghormati budaya luar karena Indonesia memiliki berbagai
adat-istiadat, budaya, kebiasaan, tradisi dan lain sebagainya. Dari latar belakang
yang berbeda ini masyarakat Malang juga mengenal hal tersebut, hingga sampai
sekarang masyarakat Malang menerima setiap tahun ajaran kurang lebih puluhan
ribu pelajar mahasiswa dari luar pulau Jawa yang keinginan untuk belajar di
kota Malang, serta menyediakan tempat koas-kosan bagi mereka. Dari inilah yang
kami memahami bahwa masyarakat juga menerima kita apa adanya asalkan hidup di
tengah-tengah masyarakat sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di sekitarnya.
Dan pada umumnya juga orang-orang menilai bahwa orang-orang
Papua itu pada kasar semua tetapi, memang melihat seluruh itu benar tetapi
kasar bukan sebarangan. Dan tidak semua orang juga kasar dan ada tertentu saja
yaitu ada yang kasar, ada yang ramah, ada yang cerewet, ada yang pendiam, dan
lain sebagainya. Dan juga setiap budaya yang ada di Indonesia juga ragam karter
orang yang berbeda-beda.
a.
Kerohaniaan
mahasiswa di kota Malang.
Kerohanian anak-anak Papua di kota
Malang berjalan dengan lancar dan setiap kabupaten itu punya ibadah
persekutuhan masing-masing dan mereka mengadakan ibadah itu setiap minggu
sekali. Dan tempat beribada mereka, adalah di kontrakan, setiap kabupaten
masing-masing dimana tempat mereka berada disitu.
Dan
semua anak-anak mahasiwa yang ada di Kota Malang bahwa mereka adalah kompok
jika ada kegiatan, berkumpul bersama. Dan dari sisi lain juga mereka juga hidup
bebas, dalam perjudian, mabuk dlls. Ini tidak semua orang anak-anak Papua itu
pemabuk tetapi ada beberapa orang tertentu yang membuat hal sperti ini yaitu:
mabuk, perjudian dan dalam pergaulan. Hal ini terjadi saat mereka dalam
kekompakan itu aman mereka merasa takut satu yang lain. Namun ketika mereka
mula terpencar dari perkupulan tersebut dari di antara mereka itu mula muncul
pikiran negatif dan lain sebagainya. mengasihi Bapa
dan anak-anak-Nya(1 Yoh. 5:1b). Dua elemen itu tidak dapat dipisahkan, karena
orang yang mengasihi Bapa akan mengasihi anak-anak-Nya juga. Gaya hidup
anak-anak Allah bercirikan kasih.
Dan sebagai orang Kristen perlu
mengasah kecerdasan, di samping itu juga perlu kereaktif. Mengasa kecerdasan
dan daya kreaktivitas merupakan bagian dari ibadah. Kebodohan dan pikiran yang
sia-sia harus di tinggalkan (Efesus 4:17-18 & 22). Dan sebaliknya, pikiran
orang percaya harus di perbaharui (Efesus 4:23). Karena umat kriten hidup bersama-sama lapisan
elemen masyarakat, maka kekristenan yang menghormati agama yang lain di tenggah
sesama. Namun menghormati satu sama lain dan hidup dalam kasih merupakan ajaran
Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya. “Haruslah kamu sempurna sama seperti
Bapa di sorga adala sempurna” (Mat 5:28). Keserupan dengan Allah merupakan
esensi kehidupan seorang anak Allah. apa bilah orang mengamati hidup mereka,
seharusnya mereka dapat melihat karakter Allah di dalam mereka karena mereka
adalah sebagai anak-anak-Nya, dan mereka adalah anak-anak yang gambar Allah di
dalam kehidupannya.
Dalam survei yang baru-baru ini
di lakukan, 60% orang Kristen mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab
“sepenuhnya akurat dalam semua pengajaran”. Dengan sisanya sebanyak 40%
persenyang mempertanyakan otoritas firman Tuhan. Dan sisten keperyaan orang
Kristen yang memerintah gaya hidup dan pilihan-pilihan mereka pondasi yang
darinya mereka membentuk pendapat mereka dan keputusan. Dan bagi orang-orang
Kristen tentunya sangat penting untuk mengetahui apa yang mereka percayai. Dan
kebanyakan orang Kristen percaya karena latarbelakangnya dari keluarg Kristen
maka ia juga sebagai Kristen saja. Banyak orang Kristen tidak begitu mengerti
dengan baik dengan kehidupannya sendiri, tetapi juga bukan rahasia lagi sudah
banyak orang Kristen yang jatuh dalam perangkap jerat Iblis. Yang menakibatkan
kehidupan kekristenan menjdi tidak berbua. Orang
Kristen sejatih menjalani jalan kehidupan, sebagai orang Kristen, ibadah, doa
dan puasa ini merupakan suatu rohani yang setiap orang Kristen yang menjalani.
Sebab semua yang lahir dari Allah
sanggup mengalahkan dunia yang jahat ini dengan imannya. Dengan beriman dan
mempercayakan diri kepada pertolongan Roh Kristus, setiap anak Allah dapat
menaati Allah serta mengalahkan dosa dan hawa nafsu dunia. Siapakah dapat
mengalahkan dunia Hanya orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (1 Yoh.
5:5). Sebagai orang percaya, kita harus
memiliki kerinduan untuk meneliti (belajar) firman Tuhan dan melakukannya,
barulah kita bisa mengajarkannya kepada orang-orang.
Di
dalam Alkitab kita akan menemukan banyak janji Tuhan bagi kami. Orang hanya berhak
menjadi anak angkat Allah apabila mereka percaya dalam nama Kristus. Bila
seseorang menerima Kristus, maka ia dilahirkan kembali dan menjadi anak Allah (Yoh 3:1-21). Tidak semua orang menjadi "anak-anak
Allah".
Dalam Tuhan YesusDi dalam pasal
yang kedua dari surat yang ditujukan kepada jemaat di Efesus ini atau surat
yang juga berlaku untuk semua gereja di sepanjang masa ini, Paulus membuka
surat ini dengan perkataan, “Dari Paulus rasul Kristus Yesus… kepada
orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.” (Efesus
1:1) Dan kemudian di dalam pasal 2:1, Paulus berkata, “Kamu dahulu sudah mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” (Efesus 2:1) Dan di dalam ayat
3, ia berkata, “Pada dasarnya kamu adalah orang-orang yang harus dimurkai” (by nature we are children of wrath – KJV
(Efesus 2:3). Tetapi Allah, “Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan
Kristus Yesus… Ia telah membangkitkan kita juga” (Efesus 2:5 & 6) dan
sekarang kita lahir kembali di dalam kerajaan Juruselamat kita. Itulah apa yang
telah Allah lakukan bagi kita, ketika Ia menyelamatkan kita, yaitu menghidupkan
kita, membangkitkan kita, menjadi kita hidup bagi Allah.
Kita sudah terbiasa menyebut diri
sebagai anak-anak Allah. Istilah anak Allah, atau anak Tuhan, bahkan adalah istilah
sehari-hari kita untuk menyebut saudara kita kristen, khususnya orang kristen
yang taat. Memang hal itu benar, sebab Alkitablah yang bersaksi bahwa kita anak
Allah, bukan karena pengakuan diri sendiri. Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” (Efesus 2:1-3
.
Formal ungkapan “kamu adalah terang” sama dengan unkapan-unkapan seperti
yanag yang derdapat dalam ayat 8-13 hidup sebagai anak-anak terang.
image:
http://www.warungsatekamu.org/wp-content/uploads/2014/10/mengapa-Tuhan.jpg